Reporter: Dessy Rosalina, Bloomberg | Editor: Uji Agung Santosa
BEIJING. Sepanjang Mei, harga properti di China mengalami kenaikan sebesar 12.4%. Itu artinya, pemerintah China gagal untuk mengatasi terjadinya gelembung aset.
Angka itu juga melampaui estimasi tujuh ekonom yang disurvei Bloomberg, yang mematok pertumbuhan sebesar 12%.
Meski harga terus melambung, Biro Statistik Nasional China, mengatakan bahwa terjadi penurunan nilai atau volume transaksi. Jelasnya, nilai transaksi merosot 25%.
"Pengetatan properti sejauh ini berdampak pada penurunan transaksi dibanding harga," ujar Xiong Peng, analis Shanghai Bank of Communications Co, bank nasional terbesar keempat. Ia menambahkan, pajak properti bisa menjadi alat lain untuk mendinginkan harga properti.
Sekedar catatan, kekhawatiran overheating pada properti membuat Indeks saham Cina turun 21 persen sepanjang tahun ini.