Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Yudho Winarto
SINGAPURA. Pasar properti di Singapura mulai mendingin setelah lima tahun berturut-turut memanas. Jumlah apartemen kosong yang terus meningkat mendorong tekanan kepada pemilik properti untuk menurunkan harga.
Pada tahun 2014, harga rumah di Singapura turun 4% secara year on year (yoy). Sejak tahun 2008, harga rumah di Singapura pada tahun lalu turun paling tajam. Data dari Urban Redevelopment Authority menunjukkan, tingkat kekosongan hunian rumah pribadi naik menjadi 7,1% sepanjang kuartal yang berakhir 30 September 2014.
Sebelumnya, pada bulan Maret 2010, angka terendah tingkat hunian rumah pribadi hanya 4,6%. Kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah ekspatriat juga memicu harga sewa makin merosot. Sejumlah apartemen yang dijadwalkan selesai dalam dua tahun ke depan belum terisi.
Menurut prediksi Urban Redevelopment Authority, pada tahun ini, Singapura akan kebanjiran lebih dari 20.000 unit properti baru untuk menyuplai pasar. Begitupun juga dengan tahun 2016. "Properti mungkin turun sekitar 10% di akhir 2015 karena proyek properti lebih cepat selesai ketimbang mencari penyewa," ujar Alan Cheong, Direktur di Savills Plc seperti dikutip Bloomberg.
Pemilik properti berhadapan dengan kebijakan pembatasan pinjaman dan pasar sewa yang lebih kompetitif. Bahkan, beberapa pemilik hipotek gagal membayar kewajiban sehingga jumlah properti yang dilelang melonjak hingga kali lipat.
Menurut data yang dikumpulkan oleh broker real estate, Colliers Internasional, sebanyak 159 apartemen atau rumah dilelang sepanjang tahun lalu. Pada 2013, hanya 32 rumah dilelang oleh bank. Meski saat ini hanya sebagian kecil pemilik properti yang kesulitan dengan hipotek, potensi untuk gagal bayar atawa default akan bertambah.
Menurut data Otoritas Moneter Singapura yang diterbitkan bulan Desember, kurang dari 0,5% dari seluruh hipotek yang terancam default. Total tunggakan dari pinjaman yang telat bayar selama 30 hari, jumlahnya masih kurang 1% dari hipotek.
"Harga sewa menurun dan itu bisa mempengaruhi kemampuan beberapa pembeli untuk membiayai pinjaman mereka," ujar Sharon Lee, Direktur dan Kepala Lelang Knight Frank.