Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Harga Bitcoin jatuh di bawah US$ 30.000 pada Selasa (10/5) menyusul aksi jual di pasar keuangan tradisional dan mata uang kripto akibat pengetatan moneter agresif bank sentral AS serta kekhawatiran resesi.
Penurunan harga terbaru membawa Bitcoin pada level terendah dalam 10 bulan terakhir. Terakhir kali, mata uang kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar itu di bawah US$ 30.000 pada 20 Juli 2021, sebelum rebound.
Mengacu data CoinMarketCap pada Selasa (10/5), harga Bitcoin sempat terkapar di US$ 29.944,80, sebelum bangki ke US$ 31.387,18 pada pukul 12.25 WIB. Tapi, harga BTC masih anjlok 6,70% dalam 24 jam terakhir dan 18,41% selama sepekan.
"Kemerosotan kripto baru-baru ini didorong aksi jual yang dipimpin oleh saham teknologi dan bukan fundamental untuk cryptoverse," kata Edward Moya, Analis Pasar Senior Oanda, kepada CoinDesk.
Baca Juga: Harga Bitcoin Terjungkal ke Titik Terendah sejak Juli 2021, Masih Bisa Turun?
"Momentum bearish bisa membawa Bitcoin menuju level US$ 28.500, tetapi itu mungkin mulai menjadi tempat beberapa taruhan jangka panjang ikut bermain," ujarnya.
Menurut Moya, fundamental jangka panjang tetap berlaku untuk Bitcoin. Tetapi, kembali ke rekor tertinggi akan memakan waktu lama.
"Bitcoin akan mulai stabil ketika pertumpahan darah di Wall Street berakhir, dan saat ini banyak investor masih dalam panic-selling mode," ungkap dia.
Steven McClurg, Chief Investment Officer and Co-Founder Valkyrie, mengatakan kepada CoinDesk TV, jika The Fed terus menaikkan suku bunga hingga Juni dan Juli, pasar kripto bakal turun sepanjang musim panas.
Tapi, "Kita mungkin akan melihat The Fed melakukan jeda atau bahkan menurunkan suku bunga mulai dari pertemuan September, sehingga akan menjadi katalis. Kita bisa melihat pasar kripto akan kembali naik saat itu," sebutnya.