kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.280   0,00   0,00%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Jack Daniel's Bongkar Penyebab Turunnya Minat Minum Whiskey di Amerika


Senin, 09 Juni 2025 / 14:53 WIB
Jack Daniel's Bongkar Penyebab Turunnya Minat Minum Whiskey di Amerika
ILUSTRASI. Perusahaan induk Jack Daniel’s, menyatakan bahwa permintaan terhadap minuman beralkohol saat ini sedang mengalami tekanan yang signifikan.. REUTERS/Priyanshu Singh


Sumber: Fox Business | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan induk Jack Daniel’s, Brown-Forman Corp., menyatakan bahwa permintaan terhadap minuman beralkohol saat ini sedang mengalami tekanan yang signifikan.

Dalam panggilan konferensi pendapatan terbaru, para eksekutif perusahaan menyebutkan bahwa tiga faktor utama penyebab penurunan konsumsi adalah kanabis (ganja), obat penurun berat badan, dan rendahnya minat dari Generasi Z.

Tiga Tantangan Utama Industri Minuman Keras

CEO Brown-Forman, Lawson Whiting, menekankan bahwa tren ini telah diamati selama lebih dari satu tahun setengah.

“Kami telah menyampaikan hal ini selama satu setengah tahun terakhir. Mungkin pasar masih terbelah dalam menilai seberapa besar tekanan ini, tetapi akan naif jika kami tidak mengakui bahwa pengaruh itu memang ada,” ujarnya kepada para analis.

Baca Juga: Jack Daniel’s Diboikot di Kanada! Perang Dagang dengan AS Semakin Memanas

Menurut Whiting, konsumen saat ini semakin mengurangi konsumsi minuman keras, terutama akibat pergeseran gaya hidup yang lebih sehat dan meningkatnya penggunaan produk alternatif seperti ganja serta obat penurun berat badan semacam Ozempic.

Dampak Ekonomi dan Perubahan Prioritas Konsumen

Selain tren gaya hidup, Whiting juga menyoroti faktor ekonomi sebagai penyebab tambahan dari penurunan permintaan. Ia menjelaskan bahwa daya beli masyarakat menurun, dan banyak konsumen kini lebih memilih mengalokasikan dana mereka untuk liburan dan akomodasi daripada minuman keras.

“Ketika mereka pergi ke toko, dalam beberapa kasus, minuman keras sudah tidak masuk lagi dalam keranjang belanja. Dan tentu saja, itu bukan kabar baik,” tambahnya.

Pasar Spirits Masih Bertahan Lebih Baik dari Bir dan Wine

Meski demikian, Whiting menegaskan bahwa kategori minuman keras (spirits) masih mampu mencuri pangsa pasar dari bir dan wine. Ia juga menyebut bahwa tren “premiumisasi”—kecenderungan konsumen untuk membeli produk alkohol kelas atas—meskipun melambat, masih menunjukkan stabilitas.

Baca Juga: Alkohol jadi Penyebab Asam Urat, Simak Penjelasan Lengkapnya!

“Saya rasa konsumen belum benar-benar melakukan trade down (beralih ke produk yang lebih murah). Itu adalah pertanda positif,” ujarnya.

Proyeksi: Volatilitas Masih Akan Berlanjut

Sementara itu, CFO Brown-Forman, Leanne Cunningham, mengingatkan bahwa lingkungan operasional perusahaan masih akan diwarnai ketidakpastian pada tahun fiskal 2026.

“Kami memperkirakan volatilitas akan tetap ada. Namun kami percaya bahwa, terlepas dari semua ketidakpastian tersebut, perilaku konsumen akan tetap berada di level saat ini,” ungkap Cunningham.

Selanjutnya: Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung Sepakat Perkuat Hubungan Bilateral dengan Jepang

Menarik Dibaca: Apakah Daging Kambing Bikin Darah Tinggi? Ini Faktanya




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×