Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. (Reuters) Pemimpin minoritas Senat AS Chuck Schumer meminta FBI dan Komisi Perdagangan Federal melakukan penyelidikan keamanan dan privasi nasional terhadap FaceApp.
Aplikasi FaceApp yang mampu mengedit foto wajah ini bikinan Rusia. Menjadi sorotan karena aplikasi tersebut membutuhkan "akses penuh dan tidak dapat dibatalkan ke foto dan data pribadi pengguna".
Ketentuan penggunaan itu, menurut sang senator, bisa menimbulkan "risiko keamanan dan privasi nasional bagi jutaan orang warga AS."
Baca Juga: Pura-pura bertampang tua pakai aplikasi FaceApp? Ada konsekuensi berbahaya, lo
Schumer resmi melayangkan permintaan penyelidikan kepada Direktur FBI Christopher Wray dan Ketua FTC Joe Simons.
Selain Schumer, menurut Reuters, Komite Nasional Demokratik juga mengirimkan peringatan kepada kandidat presiden 2020 partai tersebut agar tidak menggunakan aplikasi asal Rusia itu.
Dalam email yang dilihat oleh Reuters dan pertama kali dilaporkan oleh CNN, kepala keamanan Komite Nasional Demokratik Bob Lord juga mendesak anggota tim kampanye presiden partai Demokrat segera menghapus aplikasi itu sudah terlanjur menggunakannya.
Partai Demokrat di Amerika Serikat telah banyak berinvestasi untuk memperkuat pertahanan dunia maya setelah badan intelijen AS menetapkan Rusia menggunakan peretasan sebagai bagian upaya meningkatkan dukungan bagi kampanye pemilihan Presiden Donald Trump 2016.
Rusia sendiri telah berulang kali membantah klaim tersebut.
Baca Juga: Anda ingin ikut Age Challenge? Kuasai 5 langkah menggunakan FaceApp dulu
FaceApp dikembangkan oleh Wireless Lab, sebuah perusahaan yang berbasis di St. Petersburg, Rusia. Mereka menyatakan di situs webnya bahwa memiliki lebih dari 80 juta pengguna aktif.
CEO-nya, Yaroslav Goncharov, adalah mantan eksekutif di Yandex, aplikasi internet yang dikenal luas sebagai "Google Rusia."
Dalam suratnya Schumer berargumen bahwa lokasi aplikasi pengeditan foto di Rusia menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana FaceApp memungkinkan pihak ketiga, termasuk pemerintah asing, memiliki akses ke data warga negara Amerika.
Baca Juga: Akun pelanggan portal e-commrece Uniqlo dibobol hacker '
Dalam pernyataan yang dikutip oleh outlet media, FaceApp sendiri menyangkal telah menjual atau berbagi data pengguna dengan pihak ketiga.
"99% pengguna tidak login; oleh karena itu, kami tidak memiliki akses ke data apa pun yang dapat mengidentifikasi seseorang," kata perusahaan itu dalam pernyataan yang dikutip oleh TechCrunch, seraya menambahkan bahwa sebagian besar gambar dihapus dari servernya dalam waktu 48 jam dari tanggal pengunggahan.
Meskipun tim penelitian dan pengembangan perusahaan berlokasi di Rusia, data pengguna tidak ditransfer ke Rusia, menurut pernyataan itu.