Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Kim Jong Un mengeluarkan pengakuan yang jarang terjadi. Yakni bahwa Korea Utara menghadapi krisis populasi.
Hal ini menunjukkan bahwa ia sama khawatirnya terhadap krisis demografi yang dapat melemahkan perekonomian, seperti halnya kekhawatirannya terhadap pasukan AS yang menurutnya ingin mengakhiri rezimnya.
Melansir Bloomberg, dengan sedikitnya bahan bakar, mesin, atau teknologi canggih, Kim membutuhkan populasi yang terus bertambah untuk mendukung sektor pertanian dan industri yang padat karya, dan menjadi salah satu negara dengan militer terkuat di dunia.
Dalam sebuah video, Kim Jong-un terekam menangis. Hal itu dia lakukan saat Kim memohon kepada kaum perempuan Korea Utara untuk memiliki lebih banyak anak dan membesarkan mereka agar mencintai negaranya.
Mengutip The Telegraph, Pemimpin Korea Utara itu terlihat menyeka matanya dengan sapu tangan putih saat berpidato di depan ribuan kaum hawa yang berkumpul pada pertemuan ibu-ibu nasional di Pyongyang.
Banyak penonton yang menangis di sampingnya selama acara yang dirancang dengan cermat tersebut. Ini merupakan acara pertama yang diadakan dalam 11 tahun terakhir di tengah meningkatnya kekhawatiran atas penurunan angka kelahiran di negara tersebut.
“Menghentikan penurunan angka kelahiran dan memberikan perawatan dan pendidikan anak yang baik adalah urusan keluarga yang harus kita selesaikan bersama ibu kita,” kata Kim, yang diperkirakan memiliki tiga anak.
Baca Juga: Menteri Pertahanan Korsel Ancam akan Melancarkan Kehancuran Besar Bagi Korut
Bloomberg melaporkan, sebelumnya, satu-satunya penyebutan penurunan angka kelahiran di media-media utama pemerintah selama masa pemerintahannya adalah mengenai tantangan demografi di Korea Selatan.
Aparat Pyongyang menyebut hal tersebut sebagai cerminan dari masalah-masalah “menyedihkan” di negara tetangganya yang kapitalis.
Korea Selatan memang sedang berusaha mengatasi tingkat kesuburan terendah di dunia – yaitu 0,81 anak sepanjang masa hidup perempuan – melalui program seperti pemberian uang tunai untuk mencegah krisis yang mengancam prospek ekonomi jangka panjang.
Kim belum merilis rencana tentang apa yang mungkin dia lakukan.
Kim akan mengadakan pertemuan besar mengenai penetapan kebijakan pada akhir tahun ini. Jika Kim kerap menyebutkan penurunan populasi lebih banyak lagi, hal ini dapat mengindikasikan bahwa hal tersebut akan menjadi fokus pemerintahannya pada tahun 2024.
“Hilangnya tenaga kerja produktif akan berdampak besar terhadap berfungsinya perekonomian Korea Utara,” kata Peter Ward, peneliti senior di Universitas Kookmin di Seoul, yang mempelajari demografi Korea Utara kepada Bloomberg.
Baca Juga: Korea Utara: Perang di Semenanjung Korea Hanya Tinggal Masalah Waktu
Angka yang dilaporkan Korea Utara ke Dana Kependudukan PBB menunjukkan tingkat kesuburan perempuan sebesar 1,8 dan total populasi pada tahun 2023 sebesar 26,2 juta.
Hal ini menunjukkan penurunan populasi mungkin akan dimulai pada tahun 2034, menurut sebuah makalah penelitian dari Hyundai Research Institute. Jika angka sebenarnya lebih rendah, itu bisa berarti hari kiamat semakin dekat.
Menurut sebuah penelitian terhadap populasi Korea Utara yang diterbitkan beberapa dekade lalu oleh peneliti Nicholas Eberstadt dan Judith Banister dari Universitas California, tingkat kesuburan adalah sekitar 2,5 kelahiran per perempuan pada awal tahun 1970an.
Namun Ward mengatakan penelitian terhadap angka-angka saat ini menunjukkan bahwa angka-angka di Korea Utara tidak masuk akal, dengan tingkat kesuburan mungkin 1,4 atau 1,6 anak per wanita.
“Mereka mempunyai insentif yang besar untuk membesar-besarkan jumlah penduduk karena hal ini membantu mencari bantuan dari dunia luar dan membuat mereka terlihat lebih kuat secara militer,” katanya.