kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Jenderal-jenderal Taiwan takut perang dengan China, ini alasannya


Jumat, 06 November 2020 / 07:44 WIB
Jenderal-jenderal Taiwan takut perang dengan China, ini alasannya
ILUSTRASI. Jenderal-jenderal Taiwan takut perang dengan China, ini alasannya. REUTERS/Ann Wang


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Taipei. Dua jenderal Taiwan pesimistis negaranya bisa menang jika perang dengan China. Alasannya, kekuatan militer Taiwan kalah jauh dibandingkan China.

Salah satu jenderal Taiwan yang ragu tersebut adalah Letnan Jenderal Yeh Jen-wen, perwira angkatan laut selama 32 tahun. Menurutnya, negaranya pallng mentok bertahan dua minggu jika terjadi perang melawan China di kawasan selat.

Yeh memberikan peringatan kepada Presiden Tsai Ing-wen agar "tak bermain dengan api". Dikutip China Review, Dia menyoroti kebijakan pemerintahan Tsai yang meningkatkan belanja senjata dengan Amerika Serikat ( AS).

Salah satunya adalah pembelian sistem rudal Harpoon senilai 2,37 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 34 triliun, dilansir Newsweek Rabu (4/11/2020). Kemudian pada Selasa (3/11/2020), Kementerian Luar Negeri AS menyetujui penjualan empat drone Reaper dengan harga 600 juta dollar AS (Rp 8,6 triliun).

Baca juga: Khusus botol minuman, katalog promo Tupperware November 2020 punya produk baru

Ini merupakan transaksi jual beli senjata kesepuluh yang terjadi antara Taiwan dengan AS sejak Presiden Donald Trump berkuasa pada 2017. Berdasarkan UU Relasi Taiwan, Washington berkewajiban untuk menyediakan senjata yang membuat pulau itu bisa mempertahankan diri.

Tetapi berdasarkan argumentasi Yeh, rudal Harpoon yang bisa menjangkau jarak hingga 241 kilometer bisa dianggap senjata agresif. "Pembelian terbaru terhadap Harpoon jelas mengancam kapal induk milik China dan upaya mereka untuk mengakses kawasan Pasifik," kata dia.

Mantan wakil komandan di angkatan laut itu menuturkan, pemerintahan Tsai dan Trump secara sengaja sudah "memprovokasi" Beijing. Yeh mengeklaim jika Harpoon itu sampai didatangkan dan dipasang di lepas pantai, "Negeri Panda" jelas bakal bertindak karena mereka merasa terancam.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×