kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.779   -19,00   -0,12%
  • IDX 7.473   -6,24   -0,08%
  • KOMPAS100 1.155   0,64   0,06%
  • LQ45 915   1,60   0,18%
  • ISSI 226   -0,60   -0,26%
  • IDX30 472   1,43   0,30%
  • IDXHIDIV20 570   2,50   0,44%
  • IDX80 132   0,24   0,18%
  • IDXV30 140   1,26   0,90%
  • IDXQ30 158   0,58   0,37%

Jepang Menunjuk Kazuo Ueda Jadi Gubernur Bank of Japan, Gantikan Haruhiko Kuroda


Selasa, 14 Februari 2023 / 10:31 WIB
Jepang Menunjuk Kazuo Ueda Jadi Gubernur Bank of Japan, Gantikan Haruhiko Kuroda
ILUSTRASI. Pemerintah Jepang menunjuk akademisi Kazuo Ueda untuk menjadi gubernur bank sentral berikutnya.


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pemerintah Jepang menunjuk akademisi Kazuo Ueda untuk menjadi gubernur bank sentral berikutnya. Ini merupakan pilihan mengejutkan yang dapat meningkatkan peluang diakhirinya kebijakan pengendalian kurva imbal hasil yang tidak populer.

Mengutip Reuters, Selasa (14/2), menurut dokumen yang diserahkan ke parlemen, Ueda, mantan anggota dewan Kebijakan Bank of Japan berusia 71 tahun dan seorang akademisi di Universitas Wanita Kyoritsu, akan menggantikan Haruhiko Kuroda yang masa jabatannya akan berakhir pada 8 April mendatang.

Penunjukan Ueda, pertama kali dilaporkan oleh surat kabar Nikkei. Reuters mengkonfirmasi kabar ini pada Jumat pekan lalu. Kabar ini mengejutkan banyak investor yag mengharapkan jabatan gubernur bank sentral itu diberikan kepada seorang pejabat karir bank sentral seperti wakil gubernur Masayoshi Amamiya.

Baca Juga: Pemerintah Jepang Fokus Ciptakan Inflasi yang Stabil dan Berkelanjutan

Pasar internasional telah mengamati dengan seksama pilihan Gubernur BOJ berikutnya oleh Perdana Menteri Fumio Kishida sebagai petunjuk tentang seberapa cepat bank dapat menghentikan kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC).

Transisi kepemimpinan menandai akhir sejarah eksperimen moneter Kuroda selama satu dekade yang berusaha mengejutkan publik dari pola pikir deflasi, dan pada akhirnya dapat menyelaraskan Jepang dengan ekonomi besar lainnya menuju suku bunga yang lebih tinggi.

Dengan inflasi yang melebihi target BOJ yang sebesar 2%, Ueda menghadapi tugas rumit untuk menormalkan kebijakan ultra-longgar berkepanjangan yang telah mengundang kritik publik karena mendistorsi fungsi pasar dan menghancurkan margin bank.

Data yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan pemulihan ekonomi Jepang pada kuartal terakhir tahun lalu lebih lemah dari yang diperkirakan, menggarisbawahi pemulihan rapuh yang menghadapi tantangan dari perlambatan pertumbuhan global.

Analis memperkirakan, Ueda, yang telah memperingatkan bahaya kenaikan suku bunga prematur di masa lalu, untuk menunda pengetatan kebijakan moneter tetapi membongkar YCC lebih cepat.

"Saya tidak berpikir Ueda akan dengan malas melanjutkan kebijakan yang tidak berhasil dan menunjukkan efek samping yang meningkat," kata Naomi Muguruma, ekonom pasar senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

Menurut dokumen tersebut, Pemerintah juga mencalonkan Ryozo Himino, mantan kepala pengawas perbankan Jepang, dan eksekutif BOJ Shinichi Uchida sebagai wakil gubernur.

Mereka akan menggantikan petahana Amamiya dan Masazumi Wakatabe, yang masa jabatan lima tahunnya berakhir pada 19 Maret.

Calon gubernur dan wakil gubernur akan memberikan kesaksian pada sidang konfirmasi yang akan diadakan pada 24 Februari untuk majelis rendah, dan 27 Februari untuk majelis tinggi, kata sumber kepada Reuters.

Baca Juga: Bursa Asia Menguat Pada Perdagangan Selasa (14/2) Pagi, Mengekor Kenaikan Wall Street

Tanggal sidang konfirmasi belum diputuskan secara resmi.

Inflasi mencapai 4% pada bulan Desember, menggandakan target 2% BOJ, mendorong hasil obligasi dan menantang tekadnya untuk mempertahankan YCC, sebuah kebijakan yang menetapkan batas 0,5% pada imbal hasil obligasi 10 tahun.

Banyak investor bertaruh bank sentral akan mulai menaikkan suku bunga di bawah penerus Kuroda.

Dalam sebuah opini di Nikkei Juli lalu, Ueda memperingatkan terhadap kenaikan suku bunga sebelum waktunya sebagai tanggapan terhadap inflasi yang sebagian besar didorong oleh faktor dorongan biaya.

Namun dia juga menulis BOJ pada akhirnya harus mempertimbangkan bagaimana keluar dari kebijakan ultra-longgarnya, menunjuk pada kelemahan potensial YCC seperti kesulitan mempertahankan batas imbal hasil ketika inflasi meningkat.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×