kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.978.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.501   10,00   0,06%
  • IDX 7.757   -73,31   -0,94%
  • KOMPAS100 1.080   -9,48   -0,87%
  • LQ45 790   -6,98   -0,88%
  • ISSI 263   -1,85   -0,70%
  • IDX30 409   -4,12   -1,00%
  • IDXHIDIV20 476   -4,22   -0,88%
  • IDX80 119   -0,96   -0,80%
  • IDXV30 129   -0,33   -0,25%
  • IDXQ30 132   -1,45   -1,09%

Julie Sweet: CEO Accenture yang Ubah Tantangan AI Jadi Peluang Bisnis


Senin, 01 September 2025 / 10:15 WIB
Julie Sweet: CEO Accenture yang Ubah Tantangan AI Jadi Peluang Bisnis
Julie Sweet, Chief Executive Officer, Amerika Utara, Accenture, berbicara di Konferensi Global ke-21 Milken Institute di Beverly Hills, California, AS, 30 April 2018. REUTERS/Lucy Nicholson


Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - Julie Sweet, CEO Accenture, memimpin lebih dari 770.000 karyawan di perusahaan konsultan global tersebut. Ia dikenal sebagai salah satu eksekutif paling berpengaruh di dunia, dengan akses langsung ke puluhan CEO Fortune 500. 

Dalam wawancara dengan Pemimpin Redaksi Fortune, Alyson Shontell, Sweet membahas perjalanan kariernya, pandangannya soal kecerdasan buatan (AI), hingga pengalaman pribadi menghadapi penyakit kanker.

Menurut Sweet, tiga isu besar yang menjadi perhatian para CEO saat ini adalah perang dagang dan tarif, pergeseran geopolitik global, serta perkembangan pesat AI. 

Baca Juga: 8 Keterampilan Wajib Kuasai di Era AI

Ia menilai teknologi AI memberi peluang langka bagi para pemimpin perusahaan untuk membentuk masa depan bisnis secara fundamental.

Sweet juga mengisahkan keputusannya beralih karier di usia 42 tahun. Setelah sukses sebagai pengacara di firma hukum elit, ia memilih bergabung dengan Accenture sebagai General Counsel. 

Keputusan itu dipengaruhi wafatnya sang ayah, yang membuatnya menimbang kembali arah hidup. Ia mengaku terinspirasi oleh ucapan CEO Accenture kala itu, Bill Green, yang mengatakan tidak sedang mencari pengacara, melainkan “pemimpin bisnis dengan pengalaman hukum.”

Proses adaptasinya di Accenture tidak mudah. Sweet mengaku semula tidak memahami teknologi, bidang inti perusahaan tersebut. 

Ia kemudian meminta bantuan koleganya untuk belajar teknologi dari dasar, sebuah langkah yang ia sebut sebagai “superpower”, kemampuan untuk berani meminta bantuan. Filosofi itu pula yang kemudian membentuk kepemimpinannya.

Baca Juga: Masa Depan Profesi Kreatif di Era AI Generatif 2025: Ancaman atau Peluang?

Perjalanan karier Sweet berlanjut saat ia ditunjuk sebagai CEO Accenture wilayah Amerika Utara, yang menjadi pijakan menuju posisi CEO global empat tahun kemudian. Namun di tengah momen itu, ia didiagnosis kanker payudara. 

Ia menyebut pengalaman tersebut membuatnya lebih menghargai keseimbangan hidup dan memegang prinsip hidup tanpa penyesalan. Sweet menekankan pentingnya kesehatan, dan mendorong perempuan untuk rutin melakukan pemeriksaan payudara.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×