Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
Sebagai pemimpin, Sweet dikenal tegas mengambil keputusan besar, termasuk restrukturisasi Accenture. Ia menegaskan, agar AI benar-benar bermanfaat, perusahaan harus berani mengubah struktur dan cara kerja, bukan sekadar menambahkan teknologi pada sistem lama.
Transparansi dan komunikasi, menurutnya, menjadi kunci dalam membawa perubahan besar bagi organisasi yang luas.
Sweet menilai kepemimpinan modern menuntut dua hal utama: kerendahan hati dan kemauan untuk terus belajar. AI, kata dia, bersifat “demokratis” karena berdampak pada semua lapisan pekerjaan, dari level staf hingga CEO.
Baca Juga: BINUS dan IAIS Rayakan Hari Kartini dengan Sorotan Peran Perempuan di Era AI
Ia menegaskan bahwa hanya dengan sikap rendah hati, seorang pemimpin bisa tetap terbuka pada pembelajaran baru dan membangun tim yang tangguh.
Meski ada prediksi bahwa AI akan mengancam keberlangsungan banyak perusahaan besar, Sweet optimistis. Menurutnya, CEO kini jauh lebih cepat merespons dibanding era peralihan digital sebelumnya.
Kuncinya, kata Sweet, adalah keberanian melakukan reinvention, membangun ulang perusahaan secara menyeluruh dengan teknologi, data, dan AI sebagai fondasi.