kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,45   0,83%
  • KOMPAS100 1.107   11,93   1,09%
  • LQ45 878   11,94   1,38%
  • ISSI 221   1,25   0,57%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,59   1,05%
  • IDX80 127   1,36   1,08%
  • IDXV30 135   0,76   0,57%
  • IDXQ30 149   1,76   1,20%

Kebijakan Pemakaian Sabuk Pengaman Singapore Airlines


Jumat, 24 Mei 2024 / 23:58 WIB
Kebijakan Pemakaian Sabuk Pengaman Singapore Airlines
ILUSTRASI. The interior of Singapore Airline flight SQ321 is pictured after an emergency landing at Bangkok's Suvarnabhumi International Airport, Thailand, May 21, 2024. REUTERS/Stringer


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Singapore Airlines mengubah kebijakan dalam mengenakan sabuk pengaman saat penerbangan, menyusul insiden turbulensi minggu ini. Insiden tersebut menewaskan satu orang dan menyebabkan puluhan orang terluka parah. 

Singapore Airlines mengatakan tidak akan menyajikan minuman panas atau makanan saat tanda sabuk pengaman menyala. "Singapore Airlines akan terus meninjau proses demi yang paling penting, yakni keselamatan penumpang dan awak kami," kata manajemen dalam pernyataan seperti dikutip Singapore Channel News Asia. 

Baca Juga: Promo Tiket Pesawat Kelas Premium Singapore Airlines, Buruan Booking

Sebelumnya, penerbangan SQ321 dari London ke Singapura yang membawa 211 penumpang dan 18 awak kabin mengalami turbulensi hebat pada Selasa (21/5). Turbulensi tersebut menghempaskan penumpang dan awak kabin ke langit-langit. Satu penumpang dari Inggris berusia 73 tahun meninggal dunia karena dugaan serangan jantung.  

Beberapa penumpang mengalami luka kepala karena banyak yang terbentur panel di atas kursi. Penerbangan tersebut kemudian mendarat darurat di Bangkok. 

Hingga Kamis malam, 48 penumpang dan dua awak dirawat di rumahsakit Bangkok. Sementara 19 orang lainnya masih di Bangkok. "Korban luka mengalami gabungan cedera tulang belakang, otak dan tengkorak," jelas pejabat Rumah Sakit Smitivej Srinakarin di Bangkok.

Sebuah laporan dari University of Reading tahun lalu menunjukkan turbulensi buruk salah satunya terjadi karena perubahan iklim. Singapore Airlines, seperti dikutip Reuters, dikenal sebagai maskapai yang tidak pernah mengalami insiden besar dalam beberapa tahun terakhir. Kemajuan teknologi telah membantu membatasi jumlah kematian akibat turbulensi dalam 20 tahun terakhir.

Baca Juga: Garuda Indonesia Laksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2023

Pemimpin Redaksi Airlineratings.com Geoffrey Thomas mengatakan, beberapa maskapai penerbangan mungkin akan ikut mengubah kebijakan mereka dalam mengenakan sabuk pengaman setelah insiden ini.
 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×