Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) mencatatkan kinerja yang positif pada kuartal pertama 2023. Laba Alphabet dan Microsoft tampil mengungguli proyeksi analis.
Induk Google, Alphabet Inc melaporkan pendapatan US$ 69,8 miliar atau tumbuh 3% secara tahunan. Pendapatan Alphabet terdorong penjualan cloud. Meski pendapatan naik, laba Alphabet turun 8% secara tahunan menjadi US$ 15 miliar akibat penurunan bisnis iklan. Sedangkan Microsoft melaporkan laba US$ 18,3 miliar atau meningkat 9% secara tahunan dan pendapatan US$ 52,9 miliar atau naik 7%.
Alphabet melaporkan hasil kuartal pertama yang melampaui ekspektasi analis. Bisnis pencarian dominan perusahaan tersebut berhasil melewati penurunan ekonomi dan unit komputasi awannya berubah menjadi menguntungkan untuk pertama kalinya.
Berita bahwa Alphabet membukukan penjualan sebesar US$ 58,07 miliar untuk kuartal tersebut, tidak termasuk pengeluaran mitra, melampaui estimasi rata-rata analis sebesar US$ 56,98 miliar, membuat harga saham perusahaan ini naik. Iklan pencarian bekerja dengan baik bahkan saat Google menghadapi persaingan yang semakin ketat dari Microsoft Corp dan OpenAI, yang menantang raksasa pencarian melalui chatbots percakapan yang menggunakan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Melemah di Tengah Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi AS
Iklan pencarian lebih tangguh daripada pengeluaran untuk media sosial selama volatilitas ekonomi. Saingan media digital seperti induk Facebook, Meta Platforms Inc dan Snap Inc mengalami penurunan permintaan yang lebih curam. Bahkan situs video YouTube, yang telah menghambat hasil perusahaan dalam beberapa kuartal terakhir, berkinerja lebih baik dari yang diharapkan. Youtube menghasilkan pendapatan iklan US$ 6,69 miliar, meskipun masih turun dari tahun lalu.
"Kinerja pencarian akan berfungsi sebagai indikator awal kemampuan Google untuk mempertahankan dominasinya di area yang bertanggung jawab atas sebagian besar pendapatannya," tulis Evelyn Mitchell, seorang analis senior di Insider Intelligence, dikutip dari Bloomberg, Rabu (26/4).
Unit komputasi awan Alphabet yang dicermati oleh investor, jauh lebih kecil daripada saingannya seperti Microsoft Corp dan Amazon.com Inc. Unit bisnis ini melaporkan keuntungan sebesar US$ 191 juta.
Google melihat cloud sebagai area pertumbuhan seiring matangnya bisnis inti periklanan pencarian. Alphabet mengatakan telah mengalihkan pelaporan beberapa biaya dari Google Cloud ke Layanan Google, yang dapat membantu mendorong pendapatan jangka panjang.
Baca Juga: Nasdaq Turun Saat 2 Indeks Wall Street Naik Jelang Rilis Kinerja Emiten Teknologi
Alphabet telah melakukan upaya pemotongan biaya untuk menjaga margin keuntungan perusahaan. Pasalnya, banyak pengiklan memangkas anggaran. Pada bulan Januari, perusahaan ini memangkas sekitar 12.000 pekerja.
“Kami tetap berkomitmen untuk memberikan pertumbuhan jangka panjang dan menciptakan kapasitas untuk berinvestasi di area pertumbuhan kami yang paling menarik dengan merekayasa ulang basis biaya kami,” kata Chief Financial Officer Ruth Porat.
Laba bersih Alphabet tercatat mencapai US$ 15 miliar, atau US$ 1,17 per saham. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi Wall Street sebesar US$ 1,09 per saham.
Perusahaan raksasa teknologi ini juga menyetujui pembelian kembali saham hingga US$ 70 miliar. Harga saham Alphabet naik 5,9% menjadi ditutup pada US$ 103,85 pada perdagangan yang berakhir tadi pagi. Sahamnya telah meningkat 17,7% sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Ini 5 Cara Video Call di Laptop selain WhatsApp Web, Ada Skype hingga FaceTime
Raksasa teknologi AS lainnya, Microsoft melaporkan hasil kuartal ketiga yang juga mengungguli proyeksi analis. Kinerja Microsoft didukung bisnis cloud yang melesat. Ini juga mengabaikan kekhawatiran melambatnya belanja konsumen yang akan membebani pertumbuhan.
Microsoft mencatatkan pendapatan naik 7% secara tahunan menjadi US$ 52,9 miliar pada kuartal ketiga tahun ini. Laba bersihnya juga tercatat naik 9% menjadi US$ 18,3 miliar dan laba per saham naik 10% menjadi US$ 2,45.
Selain itu, pendapatan operasional perusahaan naik 10% menjadi US$ 22,4 miliar. Pendapatan segmen Productivity and Business Processes naik 11% menjadi US$ 17,5 miliar. Pendapatan segmen Intelligent Cloud melesat 16% menjadi US$ 22,1 miliar. Di sisi lain, pendapatan segmen video game Microsoft turun 4%, karena penjualan perangkat keras Xbox turun 30%.
Baca Juga: Bill Gates Sebut Penghentian Pengembangan Kecerdasan Buatan Bukan Solusi
Harga saham Microsoft juga naik sekitar 15% sepanjang tahun ini, mengandalkan optimisme investor tentang keunggulannya dalam perlombaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Ini juga didukung investasi multi-miliar dolar dalam pengembang ChatGPT dan OpenAI.
"Model AI tercanggih di dunia hadir bersama dengan antarmuka pengguna paling universal di dunia, bahasa alami, untuk menciptakan era baru komputasi," kata CEO Microsoft Satya Nadella.
"Di seluruh Microsoft Cloud, kami merupakan platform pilihan untuk membantu pelanggan mendapatkan nilai maksimal dari belanja digital mereka dan berinovasi untuk AI generasi berikutnya," imbuh Nadella.