Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Kecurigaan Korea Selatan akan aktivtas Korea Utara seolah tidak pernah usai. Baru-baru ini lembaga think tank Negeri Ginseng menduga rivalnya sedang memperkuat serangan siber.
Korea Utara dinilai akan terus meningkatkan serangan dunia maya terhadap lembaga keuangan dan lembaga pemikir di Korea Selatan, Amerika Serikat, dan negara-negara lain di tengah tantangan ekonomi.
Oh Il Seok, peneliti di Institut Strategi Keamanan Nasional (INSS), menyebut bahwa ancaman siber yang dilakukan Korea Utara justru bisa menjadi bumerang bagi pihaknya sendiri.
Baca Juga: Pengakuan Kim Jong Un: Korea Utara menghadapi situasi paling buruk
Jika serangan siber dilakukan, pemerintahan Joe Biden di Washington bisa saja menganggapnya sebagai ancaman dan mengambil tindakan yang lebih agresif terhadap Pyongyang.
"Korea Utara diperkirakan akan terus meningkatkan serangan siber terhadap lembaga keuangan dan pertukaran mata uang kripto di seluruh dunia pada tahun 2021 untuk mengumpulkan mata uang asing," ungkap Oh, seperti dikutip Yonhap.
Ia menilai upaya Korea Utara tersebut dilakukan karena perdagangan dengan China telah ditangguhkan selama pandemi Covid-19 serta adanya sanksi ketat dari AS dan PBB yang berlarut-larut.
Oh menambahkan, jika serangan siber Korea Utara dilakukan dalam skala besar, AS bisa menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Korea Utara dan bahkan menyerang fasilitas siber Korea Utara secara langsung.
Kecurigaan aliansi Korea Selatan dan AS terus bertambah
Pejabat intelijen AS pada hari Rabu (14/4) mengungkapkan bahwa Korea Utara akan melakukan sejumlah uji coba rudal dalam waktu dekat.
Avril Haines, Direktur Intelijen Nasional (DNI) AS, mengingatkan bahwa Korea Utara bisa saja mengambil tindakan agresif dan berpotensi melahirkan ketegangan regional.
Baca Juga: Intelijen AS meyakini Korea Utara akan kembali menguji coba senjata nuklir dan ICBM