Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Tiga produsen kendaraan internasional besar, Toyota, Yamaha, dan BYD, kini menerima Tether (USDT) sebagai metode pembayaran di Bolivia.
Langkah ini muncul seiring bisnis-bisnis di negara Amerika Latin tersebut semakin mengandalkan stablecoin untuk mengatasi kekurangan cadangan dolar AS.
Melansir Cointelegraph pada Senin (22/9/2025), CEO Tether Paolo Ardoino mengonfirmasi bahwa ketiga perusahaan tersebut mulai menerima USDT untuk pembayaran pada hari Minggu.
Baca Juga: Vietnam Tutup 86 Juta Rekening Bank, Komunitas Kripto: Inilah Alasan Pakai Bitcoin
Sementara perusahaan keamanan crypto BitGo mencatat bahwa mobil Toyota pertama di Bolivia telah dibeli menggunakan USDT pada hari Sabtu.
Foto-foto yang dibagikan Ardoino memperlihatkan dealer yang menampilkan papan iklan menyebut USDT sebagai opsi pembayaran “mudah, cepat, dan aman” untuk pembelian mobil.
BitGo bekerja sama dengan Tether dan Toyota Bolivia untuk membantu sistem penyimpanan mandiri (self-custody) sambil memastikan transaksi berjalan lancar.
Bolivia termasuk salah satu negara terakhir di Amerika Latin yang menolak kripto hingga Juni 2024, ketika pemerintah mencabut larangan lama dan memperbolehkan bank memproses transaksi Bitcoin (BTC) dan stablecoin.
Salah satu cerita adopsi besar terjadi pada Maret 2025, ketika perusahaan minyak dan gas milik negara, Yacimientos Petrolíferos Fiscales Bolivianos, menerima persetujuan pemerintah untuk mulai menerima kripto sebagai pembayaran impor bahan bakar, sebagai solusi atas kekurangan dolar AS yang semakin parah.
Baca Juga: Bitcoin Melesat ke US$117.000, Didukung ETF dan Investor Institusi
Data dari Trading Economics menunjukkan cadangan devisa Bolivia turun drastis hingga 98%, dari $12,7 miliar pada Juli 2014 menjadi hanya $171 juta pada Agustus 2025.
Mata uang lokal, boliviano, tetap menjadi yang paling banyak digunakan, tetapi kekhawatiran akan menurunnya daya beli mendorong masyarakat memilih alternatif yang lebih stabil, seperti dolar AS atau kripto.
Bank utama Bolivia bahkan menyebut kripto sebagai “alternatif yang layak dan dapat diandalkan” terhadap mata uang fiat, sambil menandatangani nota kesepahaman dengan El Salvador untuk mempercepat adopsi kripto pada akhir Juli.
Beberapa toko di bandara bahkan telah mematok harga barang-barang dasar menggunakan USDT untuk menghadapi krisis mata uang.
Stablecoin Jadi Solusi Perdagangan Internasional
Bisnis Bolivia yang mengimpor barang juga memanfaatkan USDT untuk mengatasi kekurangan dolar AS, menurut Gabriel Campa, kepala aset digital TowerBank, kepada Bitfinex.
Mereka membeli stablecoin secara lokal atau melalui rekening bank luar negeri, mengonversinya menjadi dolar AS, dan membayar pemasok luar negeri.
Beberapa produk kemudian dipatok dalam USDT, menciptakan ekosistem circular economy berbasis stablecoin untuk menjaga kelancaran perdagangan dan operasional.
Baca Juga: London Stock Exchange Rilis Produk Bitcoin Staking ETP, Tawarkan Imbal Hasil 1,4%
Masa Depan Bolivia Ditentukan Oktober
Bolivia akan menggelar putaran kedua pemilihan umum pada 19 Oktober antara Rodrigo Paz Pereira dari Partai Demokrasi Kristen dan Jorge “Tuto” Quiroga dari aliansi Freedom and Democracy.
Untuk menanggulangi korupsi, Paz Pereira mengusulkan penerapan teknologi blockchain agar transparansi lebih terjamin, sementara sikap Quiroga terkait kripto masih kurang jelas.
Pemenang pemilu ini akan memimpin Bolivia setelah hampir dua dekade di bawah Movement for Socialism, yang sebagian besar dituding bertanggung jawab atas krisis ekonomi saat ini.