Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rata-rata pengeluaran wisatawan asal China selama libur panjang Golden Week tahun ini turun ke level terendah dalam tiga tahun terakhir, memupus harapan bahwa reli pasar saham domestik akan mendorong konsumen untuk lebih banyak berbelanja.
Konsumsi yang lemah terus membebani perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut, sementara para pembuat kebijakan harus menghadapi tekanan dari berbagai arah — mulai dari kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump, cuaca ekstrem, persaingan domestik yang berlebihan, hingga kelemahan kronis di sektor properti.
Libur Panjang Nasional dan Festival Pertengahan Musim Gugur
Tahun ini, Festival Pertengahan Musim Gugur (Mid-Autumn Festival) bertepatan dengan Hari Nasional China (National Day), sehingga masyarakat menikmati libur lebih panjang dari biasanya, yakni antara 1–8 Oktober.
Namun, meskipun mobilitas wisatawan meningkat, belanja mereka justru menurun.
Baca Juga: Ekspor Kedelai Brasil Tembus Rekor Baru, China Jadi Pembeli Utama
Rata-rata pengeluaran per perjalanan selama liburan tercatat sebesar 911,04 yuan (sekitar USD 113,52), turun 0,55% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data pemerintah yang dirilis Kamis (9/10).
Angka ini menjadi yang terendah sejak tahun 2022, ketika pembatasan akibat pandemi COVID-19 menekan pengeluaran hingga 680,6 yuan per perjalanan.
Jumlah Perjalanan Naik, Tapi Belanja Turun
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China mencatat total 888 juta perjalanan wisata domestik selama periode liburan tersebut, naik dari 765 juta perjalanan pada libur tujuh hari tahun sebelumnya.
Meski begitu, pendapatan pariwisata domestik selama liburan hanya mencapai 809 miliar yuan, meningkat sekitar 15% dari tahun lalu — pertumbuhan yang dianggap belum sebanding dengan peningkatan jumlah perjalanan.
Dampak Pasar Saham Terbatas terhadap Konsumsi
Analis dari Citi dalam laporannya pada Rabu menyebut bahwa aktivitas wisata secara umum telah kembali normal, seiring pulihnya perjalanan jarak jauh. Namun, mereka menilai momentum pertumbuhan baru masih lemah, dan belum terlihat adanya “efek kekayaan” (wealth effect) dari reli pasar saham.
Sebelumnya, lonjakan indeks saham China ke level tertinggi dalam satu dekade sempat memunculkan harapan bahwa konsumsi rumah tangga akan meningkat, tetapi analis Nomura memperkirakan dampak positif dari reli tersebut terhadap konsumsi akan terbatas hingga akhir tahun.
Permintaan domestik tetap lemah karena tekanan dari pelemahan sektor properti dan kekhawatiran terhadap keamanan kerja (job security).
Industri Film Juga Lesu
Salah satu sektor yang biasanya diuntungkan dari liburan panjang, yaitu industri box office, juga mencatat penurunan tajam akibat minimnya film blockbuster baru yang dirilis.
Baca Juga: Rare Earth Jadi Alat Tawar Baru Beijing dalam Perang Dagang AS–China
Sepanjang pekan libur tersebut, pendapatan box office nasional hanya mencapai 1,835 miliar yuan, turun 12,8% dibandingkan dengan 2,105 miliar yuan pada libur tujuh hari tahun lalu.
Jika dibandingkan dengan libur delapan hari Golden Week tahun 2023, penurunan lebih dalam terjadi, yakni hampir sepertiga dari total pendapatan 2,735 miliar yuan, menurut data platform tiket film daring Maoyan (1896.HK).
Gaya Hidup yang Berubah
Sebagian masyarakat memilih kegiatan sederhana selama liburan. “Saya tidak menonton film sama sekali tahun ini, padahal biasanya saya menonton setidaknya satu,” ujar Liu Tao, warga Beijing yang bekerja di sektor keuangan.
“Saya pergi ke Yangzhou bersama istri dan anak. Kami tidak punya waktu. Lagi pula, tidak ada film menarik di bioskop — saya lebih memilih menonton video pendek di ponsel, itu gratis,” katanya.