Sumber: BBC |
LONDON. Lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menggelar pertemuan tak terjadwalkan atas permintaan Rusia, untuk membahas masalah Suriah, Kamis (29/08).
Ini adalah pertemuan kedua dalam beberapa hari terakhir. Pertemuan dilangsungkan di tengah wacana serangan militer yang diusulkan negara-negara Barat, dimotori Amerika Serikat dan Inggris, setelah kubu pemberontak di Suriah di pinggiran Damaskus diserang dengan senjata kimia pekan lalu.
Tim pakar PBB yang tengah mengumpulkan bukti-bukti penggunaan senjata kimia akan meninggalkan Suriah Sabtu (31/8) namun masih diperlukan waktu untuk menguji semua sampel yang diperoleh di lapangan.
Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, menjadwalkan pertemuan pada akhir pekan dengan agenda mendengarkan temuan sementara tim pakar PBB.
Sikap Inggris dan AS
Namun hasil akhir tim PBB tentang penggunaan senjata kimia di Suriah akan didasarkan atas uji laboratorium.
Sebelumnya Perdana Menteri Inggris David Cameron meminta anggota parlemen mengakhiri reses musim panas dan berkumpul di London membahas krisis ini.
Cameron mengatakan tak diragukan lagi pasukan pemerintah Suriah telah menggunakan senjata kimia dan sanksi tegas harus diambil agar militer Suriah tidak bisa lagi memakai senjata kimia.
Namun pemimpin Partai Buruh yang beroposisi, Ed Miliband, menegaskan pihaknya menentang intervensi militer. Ia meminta semua pihak menunggu hasil kerja tim pakar PBB.
Ia juga mengatakan langkah masyarakat internasional harus melalui PBB. Amerika Serikat sementara itu mengatakan sudah menyiapkan militer dan menunggu perintah dari Presiden Barack Obama.