Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Langkah terbaru China melawan Cathay Pasific membuat maskapai asal Hong Kong ini kecewa dan memicu krisis terburuk bagi perusahaan yang berdiri 72 tahun silam tersebut karena jika ditinjau dari sisi keuangan menunjukkan maskapai ini masih bergantung dengan pasar daratan China.
CEO Cathay Pasific Rupert Hogg mengakui potensi ancaman tersebut karena bagaimanapun China merupakan kunci bisnis perusahaan, menanggapi pengawasan ketat dalam operasi penerbangan penduduk sipil di daratan China.
Beijing sengaja melemahkan posisi Cathay Pasific yang bergantung dengan pasar China. Hal ini sebagai gertakan China karena maskapai penerbangan ini secara terbuka mendukung demosntrasi ribuan warga Hong Kong.
Bahkan lembaga Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) telah melarang awak pesawat Chathay untuk melakukan penerbangan ke daratan China bagi siapa saja yang bergabung dan mendukung demonstrasi itu secara ilegal.
Sejak Minggu (11/8), regulator mencoret daftar awak pesawat Cathay dan dilarang melakukan penerbangan di wilayah udara China.
Baca Juga: Demo Hong Kong berlanjut, polisi menembakkan gas air mata di sekitar Kowloon
Padahal seperlima dari semua penerbangan Cathay diarahkan ke China, yang terdiri dari 24 tujuan perjalanan. Negara tujuan China dan Hong Kong menjadi pasar potensial yang menghasilkan HKD 57 miliar dari total pendapatan perusahaan yaitu HKD 111 miliar pada tahun 2018.
Maskapai penerbangan terbesar di Hong Kong ini memang menyasar pasar China demi membedakan dari para pesaingnya. Cathay terbang ke pasar Cina dengan lebih dari 850 penumpang per minggu dari total sekitar 4.000 penumpang.
Seorang profesor di Manajemen Penerbangan Universitas Polytechnic Achim Czerny mengatakan kemungkinan tidak sulit bagi Cathay Pasific mengurangi ketergantungan pada pasar China tetapi pertanyaannya adalah apakah akan lebih bijak untuk melakukannya dari sudut pandang bisnis.
Baca Juga: Cathay Pacific akuisisi Hong Kong Express
“China akan segera menjadi pasar penerbangan domestik terbesar di dunia. Tampaknya ini menjadi hal bodoh bagi Cathay Pacific untuk mengabaikan perkembangan ini dan tidak mencoba yang terbaik untuk mengamankan bagiannya,” kata Achim dilansir dari South China Morning Post, Minggu (11/8).
Brendan Sobie dari CAPA menegaskan bahwa ketidakstabilan politik dan peristiwa yang terjadi di Hong Kong baru-baru ini selalu menjadi risiko utama bagi maskapai penerbangan mana pun. Semakin lama ketidakstabilan ini berlangsung maka dampaknya semakin besar.
"Tetapi Cathay Pacific harus berada di posisi yang baik setelah situasi membaik, mengingat adanya strategi multi merek baru dari Cathay dan perputaran keuangan baru-baru ini," ungkapnya.
Tidak puas dengan berbagai tujuan Cina, Cathay Pacific telah memberikan dukungan penuh di Great Bay Are China dengan membuka daerah metropolitan sebagai perkembangan ekonomi di mana populasi di sana berkembang pesat sehingga memperluas basis pelanggan lokalnya menjadi lebih dari 70 juta orang.
Maskapai ini telah lama gelisah untuk menumbuhkan basis pelanggannya di luar Hong Kong, dengan populasi 7,5 juta yang dianggap kecil, dan telah mengejar penumpang transit dari wilayah tersebut, termasuk dari China. Mereka berusaha untuk memikat wisatawan antara Eropa dan Australia dan dari jauh ke China.
Maskapai ini mengangkut 35,4 juta pelanggan pada tahun 2018. Perusahaan yang baru-baru ini mengambil kendali HK Express dan sekarang memiliki lebih dari 240 armada pesawat.