Sumber: Bloomberg |
SINGAPURA. Hari ini, tembaga diperdagangkan dengan harga yang tak banyak berubah di Asia setelah harganya anjlok paling besar dalam seminggu pada perdagangan kemarin. Pasalnya, persediaan tembaga semakin menggemuk dan kepungan resesi akan semakin mengiris permintaan industri logam.
Untuk catatan, harga logam menyusut 5% kemarin, ditengah kegamangan menghadapi laporan resmi dari pemerintah yang bakal dirilis besok. Apalagi, sejumlah ekonom sudah memprediksikan bahwa pemberian izin pembangunan rumah kemungkinan semakin menyusut ke level yang cukup rendah bulan lalu. Tahu sendiri, para pengembang merupakan konsumen tembaga yang paling besar di AS, pengguna terbesar kedua setelah China.
"Lemahnya perekonomian internasional akan berlanjut pada tertekannya penggunaan logam," tukas David Moore, Chief Commodity Strategist Commonwealth Bank of Australia. Ia menambahkan, "Tembaga menyusut dipengaruhi oleh perolehan yang besar dan kuat di London Metal Exchange.”
Harga tembaga menanjak 0,3% menjadi US$ 3.351 per metrik ton di London Metal Exchange pada pukul 11.00 waktu Singapura . Harga logam untuk pengiriman April anjlok sebesar 2,6% menjadi 27.070 yuan atau setara dengan US$ 3.958 per ton di Shanghai Futures Exchange dan terakhir diperdagangkan di level 27.380 yuan.
Persediaan untuk tembaga di London Metal Exchange mumbul 3,9% menjadi 409.100 ton kemarin, paling tinggi sejak 13 Januari 2004.
Diantara logam yang diperdagangkan di LME, aluminum merosot 0,7% menjadi US$ 1.390 per ton, seng turun 2,8% menjadi US$ 1.215, menggiring penurunan sebesar 2,2% menjadi US$ 1.140, dan nikel juga melandai 3% menjadi US$ 11.200.