Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
MADAGASKAR. CEO Rio Tinto Group Tom Albanese bilang, perlambatan perekonomian di China semakin menjadi-jadi. Menurutnya, hal itu akan menyebabkan tingkat permintaan logam mengalami penurunan. Parahnya, lanjut Albanese, tingkat permintaan itu tidak akan mengalami rebound hingga 2009 mendatang.
“Sepertinya, perekonomian China akan terus mengalami tekanan pada kuartal IV, lebih parah dibanding kuartal III. Hal ini akan menggerus tingkat permintaan pada 2009 mendatang,” kata Albanese.
Asal tahu saja, saat ini pertumbuhan perekonomian China berjalan sangat lambat. Bahkan pertumbuhannya merupakan yang terlambat dalam lima tahun terakhir.
Merosotnya harga alumunium menyebabkan sekitar 1,6 juta ton dari kapasitas produksi logam global terabaikan. Dia juga bilang, “Jumlah tersebut akan kembali membengkak sekitar 700.000 ton, sebab tingkat harga pada level ini dapat dipastikan berdampak pada tingkat suplai,” jelasnya.
Catatan saja, Rio merupakan salah satu dari perusahaan tambang yang mereview rencana investasi setelah harga komoditas anjlok tajam akibat perlambatan ekonomi global. Perusahaan yang berbasis di London itu, juga berencana menanamkan investasi sebesar US$ 9 miliar untuk membuka lahan tambang baru dan ekspansi perusahaan tahun depan.
Pada pukul 13.21 waktu Sydney di bursa saham Australia, saham Rio mengalami kenaikan 2,9% menjadi A$ 79,81. Asal tahu saja, sejak akhir Juni lalu, saham Rio sudah anjlok 41%.
Penurunan tersebut sungguh wajar, mengingat harga tembaga yang menyumbang 22% penjualan Rio pada kuartal pertama sudah merosot tajam sebesar 44% dalam dua bulan terakhir. Sementara, harga alumunium mengalami penurunan 24%.
Nilai saham sejumlah perusahaan tambang Australia diperkirakan akan terus mengalami penurunan akibat pengaruh perlambatan di China. Pasalnya, Negeri Tirai Bambu itu merupakan negara konsumen logam terbesar dunia.