Sumber: TASS | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Latihan militer Rusia dan China berupaya meningkatkan kesiapan tempur kedua negara dan tidak ditujukan untuk melawan Jepang, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan.
"Jika kita berbicara tentang situasi militer di kawasan, maka ya, China dan AS, kami terlibat dalam kerja sama, termasuk dalam latihan militer," katanya Senin (18/1), seperti dikutip TASS
"Latihan Rusia-China bukanlah hal baru. Itu sudah terjadi beberapa kali di lapangan, baik di dalam format bilateral dan SCO (Shanghai Cooperation Organization)," ujar Lavrov.
Menurut dia, kali ini, latihan militer Rusia-China melibatkan angkatan udara.
Baca Juga: Pencegahan kegiatan separatis masuk program utama 2021, China akan serang Taiwan?
"Itu tidak ditujukan untuk melawan Jepang. Mereka bertujuan untuk meningkatkan kesiapan tempur penerbangan yang menjaga perbatasan Rusia dan China," sebutnya menjawab pertanyaan dari seorang jurnalis Jepang.
Penempatan rudal AS sebagai ancaman
Justru, Lavrov menyatakan, rencana AS untuk mengerahkan sistem pertahanan rudal dan rudal jarak menengah berbasis darat di wilayah Jepang juga Korea Selatan sebagai potensi ancaman keamanan perbatasan Rusia dan China.
Dan, ia bilang, Jepang tidak akan bisa menghindari kendali AS atas sistem pertahanan rudal setelah membelinya.
"Jepang meyakinkan kami bahwa mereka hanya akan membeli sistem, tetapi akan mengontrolnya sendiri, Amerika Serikat tidak akan ada hubungannya dengan kontrol atas sistem ini," katanya.
Baca Juga: Guna tangkis serangan China, Taiwan gelar latihan militer
"Dengan segala hormat kepada rekan Jepang kami, itu tidak mungkin. Itu tidak mungkin untuk menghindari kendali Amerika Serikat," ungkap Lavrov.
Menurut dia, Rusia sudah menyerahkan daftar masalah keamanan khusus kepada Jepang, yang secara langsung melibatkan perspektif dan pembicaraan konstruktif tentang perjanjian damai.
"Kami belum menerima tanggapan sejauh ini, tetapi pembangunan sistem pertahanan rudal AS, serta kemungkinan penyebaran rudal jarak menengah AS berbasis darat di Jepang termasuk di antara kekhawatiran itu," ujarnya.