Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Pertama kalinya sejak awal 2020, Korea Selatan akhirnya membuka sekolah dengan kapasitas penuh di seluruh negeri. Ini merupakan salah satu langkah awal Negeri Ginseng untuk memulai hidup berdampingan dengan Covid-19.
Pada hari Senin (22/11), semua sekolah di Korea Selatan memulai kembali kelas tatap muka dengan kapasitas penuh dan jam belajar yang normal.
Korea Selatan tercatat sebagai negara pertama di luar China yang menghadapi wabah Covid-19 skala besar pada awal tahun 2020 lalu. Sejak saat itu, sekolah-sekolah di telah mengalami berbagai tahap penutupan, pembelajaran jarak jauh, dan aturan campuran.
Sistem pembelajaran masih bisa kembali ke aturan pembatasan jika situasi pandemi mendorong itu terjadi. Saat ini tindakan pencegahan seperti masker, pembagian ruang, dan tindakan menjaga jarak lainnya tetap dilakukan.
"Kami meminta orang tua dan anggota keluarga untuk memberikan perhatian ekstra pada tindakan pencegahan. Kementerian pendidikan dan dinas pendidikan akan secara menyeluruh memeriksa tindakan pencegahan dan akan mendukung daerah yang membutuhkan," ungkap Menteri Pendidikan Korea Selatan Yoo Eun-hye, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Termasuk Indonesia, Filipina akan segera izinkan turis asing masuk tanpa karantina
Pengujian skala luas, sistem pelacakan kontak yang intensif, serta layanan aplikasi digital yang mumpuni telah memungkinkan Korea Selatan untuk membatasi penyebaran virus tanpa penguncian ekstensif seperti negara lain.
Dibukanya kembali sekolah merupakan bentuk kepercayaan diri pemerintah Korea Selatan yang bulan lalu mencanangkan program "hidup bersama Covid-19" setelah berhasil mencapai target vaksinasi.
Mengutip Reuters, hingga 78,8% populasi Korea Selatan telah menerima vaksinasi dengan penuh. Sayangnya, presentasi turun ke angka 12,8% untuk penduduk usia 12-17 tahun, atau penduduk usia sekolah.
Di sisi lain, Korea Selatan sebenarnya masih terus berusaha memerangi lonjakan kasus. Pada hari Minggu (21/11), Korea Selatan melaporkan 2.827 kasus baru. Kasus akhirnya berhasil turun dari angka 3.000 setelah mencapai rekor harian pada hari Kamis (18/11), dengan 3.292 kasus.
Pejabat kesehatan juga mengungkapkan kekhawatirannya atas peningkatan dalam kasus-kasus serius yang membutuhkan rawat inap, yang telah mencapai rekor tertinggi lebih dari 500.
