Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MANILA. Sistem perdagangan barter kembali populer di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah Filipina sejak pandemi virus corona baru melanda. Barter dinilai jadi cara tepat untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari di tengah kesulitan ekonomi.
Kepada Reuters, Grace Lagaday, ibu rumahtangga, membagikan kisahnya yang terpaksa menukar barang-barangnya demi memenuhi kebutuhan sang anak.
Melalui media sosial Facebook, Ladagay mencari kebutuhan untuk sang bayi. Ia menukarkan sekantong coklat M&Ms dan Nutella untuk perlengkapan bayi.
"Saya benar-benar membutuhkan perlengkapan menyusui tetapi barang yang tersedia sangat terbatas. Untuk seorang ibu yang melahirkan selama musim pandemi ini, barter membantu saya menemukan penawaran yang bagus untuk bayi saya," ungkap Ladagay.
Baca Juga: Baku tembak di Filipina, WNI sandera Abu Sayyaf tewas
Ladagay telah menukarkan gantungan baju dengan lima kilogram beras, dan pembunuh nyamuk elektrik dengan dua liter minyak goreng. Semua kegiatan barter ini dia lakukan karena keterbatasan uang yang dimiliki.
Ia tergabung dalam grup barter yang ada di Facebook bersama ratusan ribu warga Filipina lain yang aktif dalam beberapa bulan terakhir.
Sejauh ini, Reuters menemukan lebih dari 100 grup barter, beberapa di antaranya memiliki anggota hingga 250.000 orang. Kebanyakan muncul di Luzon yang merupakan pulau utama Filipina.
Barter paling ekstrem
Salah satu barter paling ekstrem yang pernah terjadi selama masa pandemi virus corona adalah yang seorang pria berusia 36 tahun dari Provinsi Cebu lakukan.
Baca Juga: Diduga alami kerja paksa, mayoritas pekerja FGV Holdings berasal dari Indonesia