Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Sistem pembayaran mata uang online, mobile dan mata uang digital diramal bakal menggeser pengunaan kartu kredit dan kartu debit dalam transaksi e-commerce di seluruh dunia pada 2019.
Prediksi ini berdasarkan laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membidangi perdagangan dan pembangunan internasional pada Selasa (3/10).
Mengutip South China Morning Post, pangsa pasar kartu kredit dan kartu debit dalam pembayaran global diperkirakan turun menjadi 46% pada 2019. Tiga tahun yang lalu pemakaian kartu kredit dan kartu debit menguasai 51% transaksi e-commerce global.
Konferensi Internasional mengenai Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCTAD) dalam laporan “Information Economy Report 2017: Digitalisation, Trade and Development” mengatakan bahwa di daerah maju, pembayaran digital didominasi oleh kartu kredit dan debit, diikuti oleh e-wallet.
Tetapi di beberapa negara berkembang, di mana kartu kredit jarang digunakan, metode pembayaran online dan mobile tumbuh pesat.
Laporan UNCTAS menyebut, di China metode pembayaran yang disukai untuk bisnis ke e-commerce adalah Alipay. Sistem pembayaran milik Alibaba ini digunakan oleh 68% pembeli online.
Sementara di Kenya, mobile money atau mengakses layanan keuangan melalui telepon seluler, lebih sering terjadi daripada kartu kredit. Tapi, mayoritas transaksi e-commerce di Kenya masih menggunakan metode cash on delivery.
UNCTAD mengatakan, untuk pembelian lintas negara, dompet elektronik tampak "sangat populer" sebagai metode pembayaran. Pada 2016, International Post Corporation, sebuah asosiasi dari 24 layanan pos nasional mengatakan bahwa 41% pembeli e-commerce di 26 negara menggunakan e-wallet. Sementara 33% menggunakan kartu kredit dan 18% menggunakan kartu debit atau bank transfer.
"Teknologi pembayaran online menjadikan transaksi aman, peer-to-peer, dan lebih murah daripada platform sistem pembayaran intermediasi," kata laporan tersebut.
Catatan, pasar mobile payment di China menembus CNY 23 triliun atau setara US$ 3,5 triliun per akhir kuartal II 2017. Angka itu naik 22,5 % dari kuartal sebelumnya.