Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Secara sejarah Azov adalah milisi sukarelawan yang dibentuk di kota Berdyansk untuk mendukung tentara Ukraina dalam memerangi separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Beberapa pejuangnya berasal dari kelompok sayap kanan kecil, yang anggota intinya berasal dari Ukraina timur dan bisa berbicara bahasa Rusia.
Batalion Azov membela dan mempertahankan kota Mariupol yang berpenduduk 500.000 jiwa. Gempuran Rusia membuat kota pelabuhan strategis di selatan Ukraina itu tidak memiliki aliran listrik, hanya ada sedikit air, dan sedikit persediaan makanan.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik di Atas US$105 per Barel Sore Ini
Mariupol menjadi markas Batalion Azov, yang merupakan bagian dari Garda Nasional Ukraina, sehingga berada di bawah Kementerian Dalam Negeri Ukraina. Para pejuangnya terlatih dengan baik, tetapi unit ini anggotanya terdiri dari nasionalis dan radikal sayap kanan. Keberadaannya adalah salah satu dalih yang digunakan Rusia untuk perang melawan Ukraina.
“Azov adalah orang-orang yang mencintai Ukraina, ini sama saja propaganda Rusia tentang pahlawan negara kami, Stepan Bandera yang selalu dikerdilkan sebagai kolaborator NAZI. Padahal dia nasionalis. Sama seperti pahlawan Indonesia Tan Malaka yang merupakan tokoh komunis,” tegas Vasyl Hamianin.
Menurut Romo Andrii Zelinskyi sosok Stepan Bandera sudah tidak relevan digunakan Pemerintah Rusia sebagai alasan bahwa di Ukraina memelihara paham naziisme. “Stepan Bandera sudah meninggal sangat lama. Bukan alasan yang relevan menjadikannya sebagai bahaya ideologi!”