Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Melbourne. Penurunan efektivitas vaksin Covid-19 menjadi perhatian para ahli. Penelitian terbaru menemukan angka pasti tentang penurunan efektivitas vaksin Covid-19.
Vaksin Covid-19 sudah bekerja dengan baik dalam menghindari sakit yang lebih serius akibat virus corona dan menekan jumlah kematian. Namun, beberapa penelitian menunjukkan tingkat perlindungan vaksin Covid-19 terhadap infeksi penyakit menurun seiring berjalannya waktu.
Menurut Kylie Quinn, peneliti masalah vaksin Covid-19 dari RMIT University di Melbourne, saat ini masih sulit untuk memastikan seberapa besar angka penurunan efektivitasnya. "Kami sedang dalam proses transisi dari penelitian yang bersifat acak dengan sampel kecil ke penelitian dengan pengukuran pasti," kata Dr Quinn, seperti yang dilansir dari ABC Indonesia pada Selasa (12/10/2021).
Bagi para peneliti, kesulitan yang ada sekarang ini adalah melihat berapa banyak akibat penurunan kekebalan, berapa banyak yang terkait varian Delta, apa pengaruh dari pelonggaran pergerakan warga, serta kerentanan dari mereka yang pertama kali mendapatkan vaksin Covid-19.
"Saya kira yang jelas bahwa varian Delta ini lebih sulit dikendalikan oleh vaksin yang ada. Namun kita mulai melihat data yang lebih jelas, memang ada masalah pada menurunnya tingkat perlindungan yang ada dari vaksin," kata Dr Quinn.
Baca juga: Bertambah, kini ada 10 macam vaksin Covid-19 yang dapat izin penggunaan di Indonesia
Bukti penurunan efektivitas vaksin Covid-19
Untuk meneliti seberapa besar perlindungan dari vaksin Covid-19, peneliti Inggris baru-baru ini meneliti sekitar 350 ribu hasil tes yang diambil dari survei yang dilakukan antara Mei dan Agustus 2021, ketika varian Delta mulai mendominasi.
Sampel diambil secara random, tanpa memperhatikan gejala, sehingga mereka yang tidak memiliki gejala pun termasuk yang diambil datanya. Penelitian awal menunjukkan setelah dua minggu mendapatkan dosis kedua, vaksin AstraZeneca memiliki tingkat efektivitas 67 persen dalam mencegah penularan, sementara vaksin Pfizer rata-rata memiliki tingkat perlindungan 80 persen.
Tingkat efektivitas kedua vaksin Covid-19 ini menurun dengan berjalannya waktu, terutama vaksin Pfizer yang menurun lebih cepat. Setelah sekitar 4,5 bulan, tingkat efektivitas kedua vaksin Covid-19 tersebut berada di titik yang sama.
Menurunnya tingkat efektivitas tersebut juga dilaporkan terjadi di Qatar, Israel dan Amerika Serikat, yakni yang pertama kali menjalankan program vaksinasi Covid-19.
Sebuah penelitian lain yang diterbitkan di Jurnal Lancet pekan lalu, dengan meneliti 3,4 juta warga Amerika Serikat yang mendapatkan vaksin Pfizer. Penelitian menemukan tingkat perlindungan dari vaksin Covid-19 itu menurun dari 88 persen menjadi 47 persen dalam waktu 5 bulan dan faktor waktu, dan bukan varian Delta, yang menjadi penyebab menurunnnya tingkat perlindungan.
Walau tingkat perlindungan menurun di seluruh kelompok usia dengan tingkat yang sama, namun penelitian lain menujukan faktor usia menentukan menurunnya tingkat perlindungan dan kecepatan penurunan efektivitas vaksin Covid-19.
Di Inggris contohnya, tingkat efektivitas vaksin AstraZeneca dua minggu setelah dosis kedua adalah 73 persen bagi mereka yang berusia 34 tahun ke bawah, dan hanya 54 persen pada mereka yang berusia 35 tahun ke atas.
Vaksin Covid-19 masih efektif cegah penyakit serius
Meski adanya penurunan tingkat perlindungan terhadap penyakit, vaksin Covid-19 ini masih sangat efektif mencegah penyakit serius akibat virus corona dan kematian. Penelitian di Inggris baru-baru ini memperlihatkan seberapa lama perlindungan vaksin Covid-19 terhadap penyakit yang parah dan penyakit ringan.
Disebutkan tingkat perlindungan terhadap penyakit mulai menurun sekitar 10 pekan, namun vaksin Covid-19 masih memberikan perlindungan tinggi terhadap kematian dan keharusan dirawat di rumah sakit. "Penelitian itu menunjukkan setelah 20 minggu, kita masih mendapat 95 persen perlindungan dari penyakit serius dan kematian dengan Pfizer. Sementara untuk AstraZeneca, angkanya sekitar 80 persen," kata Tony Cunningham, pakar penyakit menular dari Westmead Institute for Medical Research di Sydney.
Penelitian menunjukkan tingkat efektivitas lebih banyak menurun pada mereka yang berusia 65 tahun ke atas dan mereka yang memiliki kondisi 'immunocompromised', di mana tubuh tidak memiliki kekebalan sendiri. "Dan kalau kita tidak memasukkan data mereka yang rentan tersebut, tidak ada penurunan perlindungan sama sekali terhadap penyakit serius," kata Professor Cunningham.
Penelitian lain yang diterbitkan oleh jurnal New England Journal of Medicine menemukan perlindungan terhadap kemungkinan harus dirawat di rumah sakit tetap berada di tingkat 90 persen selama enam bulan bagi mereka yang sudah divaksinasi penuh di Qatar.
Penelitian di Amerika Serikat juga menunjukan sekitar 3,4 juta mereka yang disuntik vaksin Pfizer mendapat 90 persen perlindungan dari kemungkinan harus dirawat di rumah sakit selama enam bulan, termasuk warga lanjut usia.
Berkenaan dengan vaksin Moderna, penelitian menunjukkan vaksin Covid-19 tersebut bahkan lebih efektif dibandingkan Pfizer. "Kalau kita memperhatikan semua data tentang kemungkinan seseorang harus dirawat di rumah sakit, semua penelitian menunjukkan vaksin Covid-19 memberikan perlindungan lama," kata David Tscharke profesor bidang penyakit menular dan immunologi di Australian National University, Canberra.
"Perlindungan terhadap kemungkinan harus dirawat di rumah sakit adalah hal yang bagus."
Vaksin Covid-19 dosis ketiga
Mengenai pertanyaan apakah nantinya diperlukan vaksin Covid-19 dosis ketiga sebagai penguat, kebanyakan pakar mengatakan masalah yang paling mendesak sekarang ini adalah memberikan vaksinasi dosis pertama ke sebanyak mungkin orang.
"Menurunnya tingkat perlindungan mungkin perlu dilakukan di negara seperti Israel, yang melakukan vaksinasi awal dan sudah melakukan vaksinasi terhadap banyak warganya hampir setahun lalu. Di Australia, hanya ada satu hal yang perlu kita lakukan untuk melindungi semua orang dan itu adalah membuat semua orang divaksinasi," kata Professor Tscharke.
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit Menular di Amerika Serikat, mereka yang tidak divaksinasi masih merupakan sumber penularan Covid-19 terbesar. Penelitian juga menunjukkan meski mereka yang sudah divaksinasi penuh masih bisa terkena Covid-19, namun mereka kecil kemungkinan akan menularkan ke yang lain.
"Banyak orang memfokuskan perhatian pada menurunnya tingkat efektivitas vaksin. Sebenarnya yang harus kita bicarakan adalah betapa efektifnya vaksin yang ada sekarang ini. Satu-satunya perlindungan guna mencegah sistem layanan kesehatan ambruk adalah melakukan vaksinasi ke sebanyak mungkin orang sehingga hanya sedikit orang akhirnya harus dirawat di rumah sakit. Dengan melindungi diri sendiri dari penyakit serius, kita juga sebenarnya melindungi sistem layanan kesehatan juga," kata Professor Tscharke
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Efektivitas Vaksin Covid-19 Akan Turun, Seberapa Besar?",
Editor : Shintaloka Pradita Sicca