Sumber: Bloomberg |
TOKYO. Penjualan ritel di Jepang membukukan penurunan yang paling besar dalam empat tahun terakhir ini seiring dengan pengeluaran yang berkurang dan konsumen menjadi lebih memperhatikan "amannya" pekerjaan.
Penjualan ritel di Negeri Sakura ini anjlok 2,7% di bulan Desember 2008 dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Menurut Menteri Perdagangan, penurunan ini merupakan yang paling besar sejak Februari 2005.
Perkiraan tengah para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg menyebutkan bahwa penurunannya hanya 1,6%.
J. Front Retailing Co., operator department store di Jepang, menyebutkan bahwa minggu ini mereka membatalkan rencananya untuk membuka gerai di Shizuoka, Jepang bagian Tengah. Pasalnya, pengeluaran konsumen kian menyusut.
Sentimen pembelanjaan masyarakat kian menyentuh levelnya yang mini lantaran kolapsnya pasar ekspor membuat sejumlah perusahaan seperti Sony Corp. hingga Toyota Motor Corp. memangkas produksinya dan merumahkan karyawannya.
"Meningkatnya kekhawatiran terhadap bursa tenaga kerja dan pengupahan membuat pembatasan pembelanjaan kian besar," kata Noriaki Matsuoka, Economist untuk Daiwa Asset Management Co. di Tokyo. Menurutnya, resesi akan semakin dalam dan membuat konsumen semakin mengurangi pengeluaran mereka.
Aeon Co., operator supermarket terbesar di Jepang telah mengoreksi prediksi labanya untuk tahun fiskal per Februari 2009 ditengah penjualan pakaian yang kian menciut. Seiyu Ltd., kepanjangan tangan Wal- Mart Stores Inc. yang ada di Jepang, akan memotong harga barangnya hingga 40% untuk semua 1.400 produk yang dijual di gerai itu.