Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
MELBOURNE. Kerry Dillow, seorang advertising executive asal Perth pada minggu lalu mengunjungi temannya di Melbourne. Untuk tiket pesawat, Dillow hanya mengeluarkan dana sebesar A$ 366 atau setara dengan US$ 321 untuk tiket pulang-pergi. Jika dibandingkan dengan tahun 2005 lalu, harga tiket itu jauh lebih murah yakni hanya seperempatnya saja.
“Saat ini kami sangat diuntungkan dengan adanya perang tarif maskapai penerbangan,” jelas Dillow. Menurutnya, saat ini konsumen tak banyak pertimbangan dalam memilih maskapai untuk bepergian. “Yang penting itu harga,” imbuhnya.
Asal tahu saja, saat ini, harga tiket pesawat di Australia memang melorot tajam. Sebab, di negeri Kanguru ini, ada penambahan satu maskapai nasional baru yakni Tiger Airways Holdings Ltd. Padahal, sebelumnya, Australia hanya memiliki dua maskapai nasional yaitu Virgin Blue dan Qantas Airways Ltd.
Royal Bank of Scotland Group Ltd memprediksi, tingkat kapasitas maskapai di Australia akan mengalami peningkatan sebesar 4,2% hingga 2014 mendatang. Sebab, maskapai domestic mulai menerima pesanan kapal kecil yang jumlahnya diperkirakan mencapai 184 unit.
“Perang antara maskapai sduah dimulai. Kalau intensitasnya semakin tinggi, bakal ada yang terluka,” jelas Peter Harbison, Managing Director Centre for Asia pacific Aviation.