Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
WASHINGTON. Larry Kudlow, ekonom sekaligus kontributor senior CNBC mengulas artikel menarik mengenai the Fed dan Kongres AS. Apalagi saat ini, di AS tengah ramai diperbincangkan mengenai adanya tuntutan anggota Kongres untuk mereformasi the Fed. Seperti apa? Berikut ulasannya.
Pimpinan the Federal Reserve Janet Yellen sudah memberikan testimoninya pada pekan lalu di hadapan Kongres AS mengenai perekonomian. Satu-satunya hal yang paling menarik adalah adanya kritik pedas oleh anggota Kongres dari Partai Republik. Termasuk di antaranya pimpinan komite House Financial Services Jeb Hensarling, yang mengatakan: "Reformasi the Fed dibutuhkan...Reformasi the Fed akan dilakukan."
Sementara itu, kritik juga datang dari Senator Rand Paul, yang mendorong dilakukannya peraturan untuk mengaudit the Fed, yang artinya mengaudit kebijakan dan diskusi the Fed.
Namun, Yellen dan pimpinan the Fed lainnya secara tegas menentang peraturan apa pun yang bisa diterapkan Kongres AS kepada bank sentral. Alasannya, the Fed ingin menghindari tekanan politik atas kebijakan yang mereka ambil.
Ada cerita menarik dibalik kejadian ini.
Pada awal 1970-an, Presiden Nixon diduga (sampai kini tak pernah terbukti) memerintahkan Pimpinan the Fed Arthur Burns untuk menggelontorkan lebih banyak uang untuk mengerek perekonomian dan membantu upaya agar Nixon terpilih kembali. Hanya saja kejadian selanjutnya sungguh mencemaskan karena Nixon dan pembantunya menghancurkan posisi dollar dan menciptakan inflasi sebanyak dua digit dengan merusak link antara emas-dollar yang dimulai pada 1944 di Bretton Woods.
Sehingga, Fed memiliki pandangan tersendiri mengenai politik.
Kemudian pada 1970, Kongres Demokrat menggelar voting untuk peraturan Humphrey-Hawkins, yang memberikan mandat bagi the Fed untuk menurunkan tingkat pengangguran dan inflasi. Peraturan tersebut akhirnya disahkan menjadi undang-undang.
Tentu saja, di sepanjang tahun 1970 dan awal 1980-an, dollar keok dan tingkat pengangguran serta inflasi kian tinggi. Hal itu menjadi senjata Republik untuk menekan the Fed untuk menetapkan target suplai dana, yang diikuti diktum Nobelist Milton Friedman (yang ingin mengganti Fed dengan komputer).
Untuk sementara waktu, Fed yang dikepalai Paul Volcker mempublikasikan target suplai uang. Namun, Ronald Reagan mengatakan kepada Volcker untuk melakukan apapun yang dibutuhkan untuk menekan inflasi. Sementara, dirinya dan Kongres memangkas tingkat pajak marginal dan berupaya mengerek perekonomian.
The Fed tak memiliki peraturan baru. Selama 20 tahun, perekonomian AS bekerja dengan sangat baik.
Kemudian, cerita mengenai aturan bergeser ke krisis keuangan tahun 2008, Fed menjadi liar. Kondisi ini menekan tingkat target suku bunga menjadi nol dan membanjiri sistem perbankan dengan uang lebih dari $ 4 triliun. Namun, hal itu tidak bekerja sepenuhnya. Sebagian besar penggelontoran dana oleh Fed tidak terpakai; dana tersebut diputar oleh bank dan ditempatkan pada deposito di the Fed.
Pekan lalu, Janet Yellen bisa saja benar atau salah jika terkait dengan Partai Demokrat. Tapi titik kuncinya adalah dia berbicara dovish dan bertindak hawkish. Dia menutup keran quantitative easing yang dilakukan pimpinan the Fed pendahulunya. Langkah ini mengejutkan banyak pihak.
Belakangan, dollar AS perkasa sementara harga minyak dan komoditas lainnya menurun. Hasilnya, perekonomian ekonomi semakin membaik dan mencoba mencapai target pertumbuhan 3%.
Sehingga, serangan Republik terhadap Yellen dan imbauan untuk menaikkan suku bunga harus berhati-hati dengan apa yang mereka harapkan. Penguatan dollar dan harga energi rendah telah membuat ekonomi AS berada di posisi yang cukup baik.