kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pimpinan Perusahaan di Dunia Semakin Khawatir Ekonomi Melambat


Senin, 20 Juni 2022 / 12:48 WIB
Pimpinan Perusahaan di Dunia Semakin Khawatir Ekonomi Melambat
ILUSTRASI. Properti New York. REUTERS/Eduardo Munoz


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi semakin berkembang di antara para pimpinan perusahaan di seluruh dunia. 

Menurut survei Conference Board yang dirilis pada Jumat (17/6) seperti dikutip Yahoo Finance, mayoritas Chief executive Office (CEO) dan pimpinan di level direksi lainnya di seluruh dunia menyakini bahwa wilayah geografis mereka akan memasuki resesi pada akhir 2023. 

Survei perusahaan riset bisnis tersebut menemukan bahwa 60% CEO memperkirakan ekonomi akan kontraksi di wilayah operasi utama mereka dalam 12-18 bulan ke depan. Sekitar 15% CEO yakin wilayah mereka telah memasuki resesi.

Baca Juga: G20 Berencana Kumpulkan Dana Persiapan Pandemi Sebesar US$ 1,5 Miliar Tahun Ini

Peningkatan sikap pesimistis diantara pemimpin bisnis mengenai prospek ekonomi ini muncul ketika bank-bank sentral di seluruh dunia menyusun rencana agresif untuk menaikkan suku bunga dalam upaya untuk memadamkan inflasi tertinggi selama beberapa dekade. Di AS, The Fed pada hari Rabu, telah menaikkan suku bunga 0,75%, kenaikan terbesar sejak 1994.

Lebih dari 60% CEO secara global mengatakan mereka memperkirakan resesi di wilayah operasi utama mereka sebelum akhir 2023 atau lebih awal, sentimen yang dibagikan oleh eksekutif C-suite lainnya.

Kenaikan suku bunga bank sentral yang lebih besar dari perkiraan mendorong gelombang revisi turun perkiraan di Wall Street. Ekonom di Bank of America Global Research memangkas perkiraan pertumbuhan AS minggu ini dan melihat peluang 40% ekonomi negera itu masuk resesi tahun depan.

Sementara itu, ahli strategi JPMorgan mengatakan penurunan S&P 500 menyiratkan kemungkinan 85% masuk ke resesi. Awal pekan ini, indeks S&P 500 memasuki pasar bearish. Namun, banyak CEO di AS telah mengindikasikan bahwa mereka bersiap menghadapi perlambatan ekonomi bahkan sebelum langkah terbaru The Fed.

Dalam beberapa pekan terakhir, para pemimpin bisnis terkemuka, termasuk CEO JPMorgan Jamie Dimon dan bos Tesla Elon Musk telah menyatakan keprihatinan tentang prospek ekonomi.  Bahkan, mereka mengambil langkah-langkah untuk mempersiapkan masa-masa yang menantang di masa depan.

Sebelumnya pada bulan Juni, Musk mengatakan dia memiliki perasaan yang sangat buruk tentang ekonomi. Ia mengungkapkan rencana untuk memangkas sekitar 10% pekerjaan di Tesla  dan menghentikan semua perekrutan di seluruh dunia."

Peringatan Musk datang pada minggu yang sama bos JP Morgan memicu gelombang obrolan tentang resesi, memberi tahu para peserta konferensi bisnis bahwa badai ekonomi sedang berlangsung.

“Sebaiknya Anda bersiap-siap. JPMorgan menguatkan diri dan kami akan sangat konservatif dengan neraca kami." kata Dimon dalam audiensi analis dan investor diikuti Yahoo Finance, Senin (20/6). 

Seperti Tesla, perusahaan lain juga memberi isyarat bahwa pandangan mereka suram dengan merevisi rencana perekrutan atau memberhentikan pekerja.

Baca Juga: Risiko Kredit Perbankan di AS Meningkat Pasca Kenaikan Suku Bunga The Fed

Mengutip persiapan untuk penurunan ekonomi, pertukaran crypto Coinbase (COIN) memangkas 18% stafnya minggu ini. Dan di sektor real estat, pasar perumahan yang semakin meresahkan telah mendorong pemutusan hubungan kerja di Redfin dan Compass. Namun, bahkan ketika banyak pemimpin membunyikan alarm, beberapa mempertahankan pandangan yang lebih pesimis tentang ekonomi.

CEO Morgan Stanley (MS) James Gorman pada konferensi baru-baru ini memadanga bahwa resesi ada di meja tetapi tidak dapat dihindari. Ini merujut pada kondisi saat ini dimana neraca perusahaan yang kuat, belanja konsumen yang solid, dan pasar tenaga kerja yang ketat.

"Ada kemungkinan kita akan masuk ke dalam resesi. Peluangnya 50-50 sekarang." kata Gorman di panel investor pada hari Senin (13/6).



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×