kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

PM Inggris menjanjikan referendum Uni Eropa


Kamis, 24 Januari 2013 / 09:50 WIB
PM Inggris menjanjikan referendum Uni Eropa
ILUSTRASI. Pengunjung berwisata di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Rabu (23/6/2021).


Sumber: BBC |

LONDON. Perdana Menteri Inggris, David Cameron, menyatakan akan menggelar referendum tentang keanggotaan Inggris di Uni Eropa.

Dalam pidatonya yang sudah ditunggu-tunggu, Cameron menyebutkan referendum akan digelar paling lambat akhir 2017, jika pemerintahan pimpinan Partai Konservatif terpilih kembali dalam pemilu dua tahun mendatang.

"Waktunya bagi rakyat Inggris untuk bersuara. Sudah waktunya untuk menyelesaikan pertanyaan soal Eropa dalam politik Inggris. Saya mengatakan kepada rakyat Inggris: ini akan menjadi keputusan Anda," jelasnya dalam sebuat pidato.

Referendum akan ditempuh setelah dia merundingkan kembali kondisi keanggotaan Inggris di Uni Eropa.

Dan warga Inggris, tambahnya, akan diberikan pilihan yang amat sederhana, yaitu menerima hasil perundingan atau meninggalkan Uni Eropa.

Cameron juga menegaskan keinginannya agar Inggris tetap masuk UE namun mengatakan terdapat jurang antara blok negara-negara itu dengan rakyatnya, yang dirasakan semakin meningkat di Inggris.

Dikritik Partai Buruh

Pidato Cameron tentang Uni Eropa ini sudah direncanakan selama beberapa bulan dan pekan lalu tertunda karena krisis penyanderaan di kompleks gas alam di Aljazair, yang melibatkan sejumlah warga Inggris.

Kubu oposisi, Partai Buruh, menuding Cameron sebagai perdana menteri yang lemah yang diarahkan oleh partainya dan bukan kepentingan ekonomi nasional.

Banyak yang berpendapat bahwa sikap perdana menteri atas Uni Eropa didorong oleh sejumlah anggota Partai Konservatif yang menentang keanggotaan Inggris di Uni Eropa.

"Kami memahami kebutuhan untuk berubah namun saya tidak yakin bahwa jalan terbaik untuk perubahan di sebuah kelompok yang terdiri dari 27 anggota adalah berdiri di pintu ke luar dan menuntut perubahan atau mengancam akan keluar," tutur juru bicara urusan luar negeri Partai Buruh, Douglas Alexander.

Sementara itu mitra pemerintahan koalisi, Partai Liberal Demokrat, menilai perundingan menyeluruh dalam keanggotan Inggris akan menimbulkan ketidakpastian.

"Upaya perdana menteri untuk melakukan rekonsiliasi atas posisi dengan para anggota parlemen yang skeptis atas Eropa, secara logis mengarah pada posisi jika tidak mendapatkan yang diinginkan dari Eropa, maka dia ingin Inggris keluar," jelas Menzies Campbell, mantan Ketua Partai Liberal Demokrat.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×