Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - YANGOON. Pasukan keamanan Myanmar menembaki demonstran di ibukota komersial Myanmar, Yangon, pada hari Minggu (14/3). Saksi mata dan media domestik mengatakan setidaknya tiga orang tewas ketika protes terhadap perebutan kekuasaan militer berlanjut selama enam minggu terakhir.
Video menunjukkan pengunjuk rasa memegang perisai buatan tangan dan mengenakan helm saat mereka menghadapi pasukan keamanan di distrik kota Hlaingthaya. Asap hitam membumbung tinggi di area itu.
Penyiar milik negara China CGTN mengatakan dua pabrik pakaian yang didanai China di distrik itu dibakar oleh orang-orang yang datang dengan sepeda motor, dipersenjatai dengan batang besi, kapak, dan bensin.
Baca Juga: Myanmar semakin mencekam, jumlah korban tewas menentang junta militer terus bertambah
Kata kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, lebih dari 80 orang telah tewas dan lebih dari 2.100 ditangkap pada hari Sabtu (13/3) dalam protes yang meluas terhadap kudeta militer pada 1 Februari lalu.
Mahn Win Khaing Than, penjabat pemimpin pemerintahan sipil paralel Myanmar, berbicara kepada publik melalui Facebook pada hari Sabtu, mengatakan, "Ini adalah saat tergelap bangsa dan saat fajar sudah dekat,".
Kelompok media Irrawaddy mengatakan tiga orang tewas ketika polisi melepaskan tembakan ke pengunjuk rasa di Yangon pada hari Minggu. Myanmar Now mengatakan 15 orang juga terluka.
Setidaknya dua orang terbunuh di tempat lain di negara Asia Tenggara itu, sehari setelah Mahn Win Khaing Than, yang dalam pelarian bersama dengan sebagian besar pejabat senior dari Partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang berkuasa, mengatakan bahwa pemerintah sipil akan berusaha memberi orang hak hukum untuk membela diri.
Baca Juga: Lagi, protes anti kudeta di Myanmar menewaskan dua aktivis pro demokrasi
Seorang pria muda ditembak dan dibunuh di kota Bago, dekat Yangon, kata saksi mata dan media domestik. Media Kachin Wave mengatakan, seorang pengunjuk rasa lainnya tewas di kota Hpakant, di daerah pertambangan batu giok di timur laut.
Kotapraja Monywa di Myanmar tengah menyatakan telah membentuk pemerintah daerah dan kepolisiannya sendiri.
Di Yangon, ratusan orang berdemonstrasi di berbagai bagian kota setelah memasang barikade kawat berduri dan karung pasir untuk memblokir pasukan keamanan.
Di satu daerah, orang-orang melakukan protes duduk di bawah lembaran terpal yang dipasang untuk melindungi mereka dari terik matahari tengah hari.
Kata saksi mata dan media domestik, sedikitnya 13 orang tewas pada hari Sabtu yang juga jadi salah satu hari paling berdarah sejak kudeta.
"Mereka bertingkah seperti berada di zona perang, dengan orang-orang tak bersenjata," kata Myat Thu, seorang aktivis di kota Mandalay seperti dikutip Reuters, Minggu (14/3).
Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan telepon dari Reuters untuk meminta komentar. Siaran berita malam MRTV media yang dikelola Junta pada hari Sabtu menyebut para pengunjuk rasa sebagai "penjahat" tetapi tidak merinci lebih lanjut.