Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Vladimir Putin telah mengabaikan seruan Amerika Serikat untuk melakukan gencatan senjata dengan Ukraina.
Hal ini terjadi setelah pertemuan antara pejabat AS dan Ukraina di Arab Saudi yang bertujuan untuk mengakhiri perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Hasil Pertemuan AS-Ukraina di Arab Saudi
Dalam pertemuan yang berakhir positif tersebut, kedua belah pihak merilis pernyataan bersama. Ukraina menyatakan kesiapannya untuk menerapkan gencatan senjata sementara selama 30 hari yang dapat diperpanjang dengan kesepakatan bersama.
Sebagai respons, Amerika Serikat menyatakan akan mencabut penghentian sementara bantuan militer kepada Ukraina. Sebelumnya, kebijakan ini diberlakukan oleh Donald Trump setelah pertemuannya dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, bulan lalu.
Baca Juga: Ini Peringatan Putin kepada Eropa Soal Hubungan AS-Rusia
Mengutip Unilad, pernyataan bersama tersebut menegaskan bahwa: "Ukraina siap menerima proposal AS untuk menerapkan gencatan senjata sementara selama 30 hari, yang dapat diperpanjang dengan kesepakatan bersama. Namun, hal ini bergantung pada penerimaan dan implementasi yang sejalan oleh Federasi Rusia. Amerika Serikat akan menyampaikan kepada Rusia bahwa timbal balik dari pihak Rusia merupakan kunci dalam mencapai perdamaian."
Selain itu, AS juga akan segera melanjutkan kerja sama intelijen dan kembali memberikan bantuan keamanan kepada Ukraina.
AS Mendesak Rusia untuk Menyetujui Gencatan Senjata
Setelah pertemuan tersebut, Amerika Serikat mendesak Rusia agar menyetujui proposal gencatan senjata. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menegaskan dalam konferensi pers bahwa sekarang keputusan ada di tangan Rusia.
"Semoga kita bisa membawa tawaran ini ke Rusia, dan kami berharap mereka akan menyetujuinya serta mengatakan 'ya' pada perdamaian. Presiden sangat menginginkan perang ini segera berakhir, dan Ukraina telah mengambil langkah konkret menuju hal itu. Kami berharap Rusia akan membalasnya dengan positif," ujar Rubio.
Baca Juga: 3 Tahun Perang Ukraina, Xi Jinping Tegaskan Kemitraan Tanpa Batas kepada Putin
Donald Trump juga menambahkan bahwa upaya ini memerlukan kerja sama kedua belah pihak.
"Saya berharap akan ada gencatan senjata total dalam beberapa hari mendatang," kata Trump.
Rusia Tetap Lakukan Serangan Drone ke Ukraina
Alih-alih menyetujui kesepakatan gencatan senjata, Vladimir Putin justru memerintahkan serangan drone ke Ukraina. Serangan udara ini terjadi di Kyiv dan beberapa wilayah lainnya pada malam hari, dan diduga berlanjut hingga dini hari.
Menurut laporan Mail Online, seorang wanita berusia 47 tahun dilaporkan tewas akibat serangan tersebut.
Serangan Rusia ini terjadi setelah Ukraina melancarkan serangan drone terbesar yang pernah tercatat terhadap Rusia. Sebelum perundingan damai di Arab Saudi, Ukraina telah meluncurkan 337 drone ke wilayah Rusia, dengan 91 di antaranya ditembak jatuh di wilayah Moskow.
Serangan tersebut mengakibatkan tiga orang tewas dan 18 orang mengalami luka-luka, seperti yang dilaporkan oleh BBC News.
Baca Juga: Presiden Finlandia ke Trump: Jika Putin Menang di Ukraina, AS Kalah
Respons Kremlin terhadap Gencatan Senjata
Seorang juru bicara Kremlin menyatakan bahwa pihaknya "sedang mengkaji dengan cermat" pernyataan yang dibuat oleh Ukraina dan AS dalam pembicaraan damai di Jeddah. Namun, hingga saat ini, AS belum melakukan kontak resmi dengan Rusia terkait usulan gencatan senjata 30 hari tersebut.
Menurut laporan Reuters, seorang sumber Kremlin menyebutkan bahwa "sulit bagi Putin untuk menyetujui kesepakatan ini dalam bentuknya yang sekarang".
Dengan sikap Rusia yang masih belum memberikan respons positif terhadap gencatan senjata, masa depan perdamaian di kawasan tersebut masih belum jelas. Sementara itu, serangan dan eskalasi konflik terus berlanjut, menimbulkan korban jiwa serta kehancuran di kedua negara.