Sumber: KONTAN | Editor: Johana K.
BANGKOK. Raja Thailand Bhumibol Adulyadej akhirnya mengeluarkan pernyataan perdana terkait kisruh politik di negara itu. Senin (26/4) malam, raja yang menjadi simbol pemersatu Negeri Gajah Putih ini mengundang para hakim ke rumahsakit, tempat dia dirawat sejak September 2009.
Raja berusia 82 tahun ini meminta para hakim dapat menjadi contoh penegakan hukum dan tata tertib di negara itu. "Lakukan pekerjaan dengan jujur. Di negeri ini banyak yang melupakan tugasnya. Para hakim harus menjadi contoh bagaimana bekerja dengan jujur dan benar. Pekerjaan kalian sangat penting," ungkap Raja dalam pertemuan tersebut.
Raja Bhumibol memang menyampaikan pesan dengan makna tersembunyi. Makanya, para hakim yang dipanggil itu tengah mencari makna tersirat dari kata-kata tersebut untuk mengatasi kisruh politik Thailand yang sudah berkepanjangan.
Sekadar catatan, pada April tahun 2006 lalu, Raja juga melakukan hal serupa, yakni memanggil para hakim. Pemanggilan terjadi setelah partai mantan Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra memenangi pemilu yang diboikot hampir semua partai yang ada di Thailand. Alhasil, dua pekan kemudian, pengadilan membatalkan kemenangan Thaksin pada pemilu yang dianggap inkonstitusional.
PM Abhisit Vejjajiva, dalam wawancara dengan CNN, Selasa (27/4), bilang, pemerintahnya tengah berusaha keras menemukan solusi mengatasi krisis politik yang melumpuhkan aktivitas termasuk ekonomi Thailand. "Kami sadar waktu terus berlalu, negara dan rakyat Thailand menderita. Tapi, kami ingin memastikan ada aturan hukum di negara ini," tandasnya.
Blokade jalur kereta
Sehari sebelumnya, pihak pemerintah membuat marah demonstran pendukung mantan PM Thaksin atau yang biasa disebut Kaus Merah, karena bertekad mengambil alih distrik bisnis Silom. Beredar kabar, Abhisit bakal mengerahkan sekitar 80.000 tentara dari seluruh Thailand untuk membubarkan massa demonstran.Maklum, sejak 3 April lalu para demonstran menguasai distrik tersebut.
Pihak demonstran menanggapi ancaman tersebut dengan menyerukan pertahanan diri. Bahkan, mereka mendahului pemerintah dengan memblokade satu dari dua jalur kereta api komuter di Bangkok. Demonstran menutup jalur BTS Skytrain yang dikabarkan bakal membawa tentara memasuki Ibukota.
Menurut Direktur Utama Bangkok Mass Transit Pcl Keeree Kanjanapas, sekitar 40 pengunjuk rasa berdiri di peron dan mengancam akan menjatuhkan diri di atas rel, kalau mendengar ada kereta yang datang di jalur itu. Meski aksi tersebut berakhir pada pukul 10 pagi waktu setempat, jadwal transportasi sempat terganggu. Maklum, sekitar 450.000 komuter setiap hari menggunakan transportasi massal.
"Kami akan menyerang balik pemerintah menggunakan taktik damai," ujar pemimpin demonstran Nattawut Saikuar dari panggung utama. Sekadar gambaran, demonstran sampai saat ini masih menguasai distrik bisnis di pusat Bangkok. Mereka menjadikan area seluas Central Park di New York itu sebagai pusat aksi.
Mereka membangun rintangan dari ban bekas di sekeliling area. Bahkan, demonstran juga membangun bangunan sementara dari bambu yang dipoles lengkap dengan kamar mandi darurat.
Langkah demonstran yang memblokade infrastruktur tampaknya bakal meningkatkan ketegangan dengan pemerintah. "Kami sudah bersabar dua bulan. Kami akan bertindak tegas sesuai hukum mulai sekarang," kata Deputi PM Suthep Thaugsuban.
Kalau unjuk rasa terus berlanjut, pemerintah memperkirakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Thailand bakal terpangkas 0,64%. Kadin Thailand memprediksi, penurunan PDB 0,3%–0,5%.