kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rusia Akan Bayar Utang dengan Rubel Jika Sanksi Cegah Pakai Mata Uang Asing


Senin, 14 Maret 2022 / 14:56 WIB
Rusia Akan Bayar Utang dengan Rubel Jika Sanksi Cegah Pakai Mata Uang Asing
ILUSTRASI. Rusia Akan Bayar Utang dengan Rubel Jika Sanksi Cegah Pakai Mata Uang Asing


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian keuangan Rusia mengatakan pada hari Senin telah menyetujui prosedur sementara untuk membayar utang dengan mata uang asing, tetapi memperingatkan bahwa pembayaran akan dilakukan dalam rubel jika sanksi Barat mencegah mereka membayarnya dalam mata uang asing.

Sanksi Barat atas invasi Rusia di Ukraina telah memutuskan Rusia dari bagian-bagian penting pasar keuangan global, memicu krisis ekonomi terburuknya sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991.

"Klaim bahwa Rusia tidak dapat memenuhi kewajiban utang negaranya tidak benar. Kami memiliki obligasi yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban kami," kata Menteri Keuangan Anton Siluanov dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters, Senin (14/3).

Baca Juga: Separuh Cadangan Devisa Miliknya Beku Akibat Saksi Barat, Rusia Mengandalkan China

Pemerintah akan membayar US$ 117 juta pada dua obligasi berdenominasi dolar pada hari Rabu.

Kementerian Keuangan Rusia mengatakan telah menyetujui prosedur sementara untuk memungkinkan bank melakukan pembayaran dalam mata uang asing, tetapi mengatakan kemungkinan pembayaran tersebut akan tergantung pada sanksi.

Beberapa bank Rusia telah dilarang dari jaringan pembayaran internasional SWIFT, menghambat upaya untuk memindahkan uang ke luar Rusia.

Baca Juga: Menilik Prospek Pasar Saham Indonesia di Tengah Inflasi AS dan Suku Bunga The Fed

Jika pembayaran tidak memungkinkan, kementerian keuangan mengatakan akan melakukan pembayaran Eurobond dalam rubel, yang sama dengan default. Rubel telah merosot ke rekor terendah dalam beberapa pekan terakhir.

"Pembekuan rekening bank sentral dan mata uang asing pemerintah dapat dilihat sebagai keinginan dari beberapa negara Barat untuk mengatur default buatan," kata Siluanov.




TERBARU

[X]
×