Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BRASIL. Nasib Presiden Dilma Rousseff akhirnya ditentukan. Rabu (31/8) kemarin, senat Brasil memakzulkan Rousseff sekaligus mengakhiri proses impeachment yang sudah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir di negara Amerika Latin terbesar itu. Proses pemakzulan terjadi di tengah skandal korupsi besar-besaran dan krisis ekonomi akut.
Hasil voting Senat menghasilkan 61-20 untuk memakzulkan presiden pertama di negara itu karena secara ilegal menggunakan uang dari bank negara untuk mendanai anggaran belanja publik. Hal ini juga menandakan berakhirnya masa pemerintahan Partai Pekerja yang sudah berkuasa selama 13 tahun.
Pihak penentang Rousseff menggunakan kesempatan ini untuk melakukan perubahan keberuntungan Brasil. Namun, suksesor Rousseff, Michel Temer, mantan wakil presiden Brasil yang sudah memimpin Brasil sejak Mei, mewarisi negara yang punya banyak masalah. Apalagi warga Brasil menentang pengetatan anggatan yang dibutuhkan untuk menyembuhkan keuangan publik.
Padahal, beberapa tahun lalu, Brasil mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Bahkan hal itu mendongkrak posisi Brasil di dunia internasional.
Sayangnya, perekonomian mereka kemudian jatuh ke jurang resesi terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Selain itu, skandal gratifikasi di perusahaan minyak negara Petrobas merenggangkan koalisi pemerintahan Rousseff. Jutaan warga Brasil turun ke jalan-jalan menuntut agar Rousseff mundur, kurang dari dua tahun setelah dirinya terpilih kembali.
Temer, akhirnya diambil sumpahnya untuk meneruskan posisi Rousseff hingga 2018 mendatang.
Pasca pemakzulan, Rousseff bersikeras bahwa dirinya tidak bersalah dan pemecatan dirinya merupakan aksi kudeta parlemen yang disokong oleh kelompok elit.
"Mereka berpikir mereka sudah mengalahkan kita. Tapi mereka salah. Saat ini, saya tidak akan mengucapkan selamat tinggal kepada kalian. Saya dengan yakin mengatakan 'Sampai berjumpa lagi secepatnya'," kata Rouseff.