Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Serangan bersenjata di majalah Prancis, 12 tewas
PARIS. Tiga pria bersenjata menembak mati 12 orang di kantor majalah Charlie Hebdo yang berbasis di Prancis. Disinyalir, serangan ini melibatkan kelompok militan Islam.
Empat kartunis dan editor majalah, termasuk menjadi korban yang tewas. Korban dari pihak kepolisian juga ada dua orang.
Operasi kepolisan saat ini tengah berlangsung untuk menemukan tiga pria bersenjata yang langsung melarikan diri dengan mobil.
Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan, tidak diragukan lagi kejadian tersebut merupakan serangan teroris yang barbar.
Kejadian ini merupakan serangan mematikan terburuk di Prancis sejak 1961, saat kelompok sanyap kanan meledakkan sebuah kereta dan menewaskan 28 orang.
Menurut saksi mata, penyerang menembakkan senjata mereka ke kantor redaksi Charlie Hebdo dan membalas tembakan dari polisi di jalan luar kantor sebelum akhirnya melarikan diri dengan mobil. Mobil tersebut kemudian ditemukan di Rue de Meaux, Paris utara. Mereka lantas membajak mobil kedua.
Ancaman pembunuhan
Saksi mata mengatakan, penembak meneriakkan kalimat "Kami membalas untuk Nabi Muhammad" dan "Allah Maha Besar" dalam bahasa Arab (Allahu Akbar).
Jumlah penyerang sebelumnya dilaporkan sebanyak dua orang. Namun, Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve kemudian mengatakan bahwa pasukan keamanan Prancis saat ini tengah memburu tiga kriminal. Dia juga menegaskan, saat ini, kondisi Paris ditetapkan dalam siaga tinggi.
Sebelumnya, editor Charlie Hebdo Sthephane Charbonnier (47 tahun) sudah menerima beberapa kali ancaman pembunuhan dan dilindungi pihak kepolisian.
Media Prancis menyebut tiga kartunis lain yang tewas antara lain Cabu, Tignous, dan Walonski. Bernard Maris yang merupakan kontributor Charlie Hebdo dan ekonom Prancis juga turut menjadi korban.
Serangan tersebut terjadi saat rapat harian redaksi pagi.
Setidaknya, ada empat orang dalam kondisi kritis akibat serangan tersebut.