Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Hendra Gunawan
TOKYO. Para penduduk Jepang terus menarik duit tabungan. Tingkat tabungan yang dihitung dari tabungan dibagi dengan pendapatan siap dibelanjakan (disposable income) dan pembayaran pensiun, tercatat minus 1,3%. Ini merupakan pertama kali tingkat tabungan negatif sejak tahun 1955.
Angka ini sangat jauh jika dibandingkan dengan rekor tertinggi tingkat tabungan 23,1% pada tahun 1975. Jepang memiliki tingkat tabungan tertinggi di antara negara-negara OECD lain pada sekitar tahun 1960, sebelum akhirnya tingkat tabungan Jepang terus merosot.
Penurunan tingkat tabungan ini beriringan dengan populasi Jepang yang makin menua. Selain itu, populasi Jepang pun terus menurun dalam 10 tahun terakhir.
Di sisi lain, tingkat belanja warga Jepang menipis. BBC melaporkan, rata-rata belanja turun 2,5%. Ini merupakan penurunan dalam delapan bulan berturut-turut hingga November 2014.
Tapi, menurunnya tingkat tabungan warga Jepang ini tidak terlalu tampak dan tercermin dalam neraca berjalan karena korporasi justru menambah duit simpanan yang mudah ditarik. Korporasi lebih memilih memegang duit karena menurunnya tingkat belanja konsumen.
Hal ini menyebabkan permintaan sedikit dan perusahaan mengerem ekspansi. Duit tunai korporasi Jepang naik 12% sejak pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe, dua tahun lalu. Kas korporasi Jepang mencetak rekor tertinggi di level hampir US$ 2 triliun.
Dana asing menurun
Abe tidak cuma menghadapi keengganan belanja di dalam negeri. Aliran dana investor asing ke Jepang juga turun hingga 94% menjadi ¥ 898 miliar atau setara US$ 7,5 miliar. Ini merupakan aliran dana terendah ke Jepang sejak krisis finansial global tahun 2008.
Sebagai pembanding, dana asing pada bulan April 2013 di pasar saham saja melebihi total dana asing yang masuk ke Jepang sepanjang tahun 2014. Para pengelola dana mengatakan, Abe perlu segera memulai perubahan struktural yang dijabarkannya pada rencana awal untuk mengatasi mandeknya ekonomi Jepang.
Ayako Sera, Market Strategist Sumitomo Mitsui Trust mengatakan, investor perlu melihat kerangka pertumbuhan yang tidak tergantung pada pelonggaran moneter. "Bila bukan soal pertumbuhan, setidaknya cara untuk meningkatkan produktivitas. Karena saat ini tidak ada bayangan seperti itu sehingga investor tidak tertarik," kata Sera kepada Bloomberg.
MV Financial, perusahaan pengelola dana US$ 500 juta asal Bethesda, Maryland, Amerika Serikat menghindari saham-saham perusahaan Jepang dalam portofolio internasional. "Perusahaan-perusahaan Jepang kehilangan posisi sebagai pemimpin global," kata Katrina Lamb, Kepala Riset dan Strategi Investasi MV Financial.
Memang, para investor asing ini mulai masuk pasar saham Jepang tahun lalu, ketika Abe menjanjikan perubahan. Kini waktunya bagi para investor untuk mengambil untung, mengantisipasi perlambatan ekonomi Jepang.