Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Kepolisian Singapura (Singapore Police Force/SPF) sedang meninjau pengaduan yang diajukan oleh short seller Viceroy Research terhadap konglomerat sumber daya alam India, Vedanta Ltd.
Sehubungan dugaan pendanaan dividen 2024 yang tidak semestinya, menurut dokumen yang dilihat Reuters pada Jumat (19/9/2025).
Vedanta Bantah Tuduhan
Vedanta Ltd menegaskan kepada Reuters bahwa semua dividen telah dibayarkan sesuai hukum yang berlaku, menyebut tuduhan Viceroy “tidak berdasar”.
“Kami menegaskan bahwa tuduhan dalam laporan short seller yang meragukan tersebut bersifat jahat dan salah informasi, dan perusahaan menolak secara tegas,” kata Vedanta.
Perusahaan menambahkan bahwa saat ini tidak ada investigasi SPF yang berlangsung dan mereka belum dihubungi oleh kepolisian Singapura.
Vedanta sebelumnya juga membantah tuduhan terpisah dari Viceroy pada bulan Juli.
SPF menolak berkomentar ketika dikontak Reuters.
Tuduhan Dividen Ditingkatkan
Vedanta Ltd, yang berbasis di India, bergerak di bidang eksplorasi, ekstraksi, dan pengolahan mineral, serta minyak dan gas.
Dalam surat tertanggal 7 Agustus kepada SPF, yang dilihat Reuters, Viceroy menuduh perusahaan meningkatkan dividen dengan menggunakan pinjaman sebesar US$900 juta dari Oaktree Capital Management.
Viceroy menyatakan Vedanta Ltd, yang bernilai sekitar US$20 miliar, menggunakan pinjaman tersebut dan trik akuntansi untuk membuat cadangan perusahaan terlihat lebih besar di atas kertas sehingga memungkinkan pembayaran dividen yang sebenarnya tidak didukung oleh laba tunai yang nyata.
Pinjaman itu kemudian dilunasi dan penghapusan akun dibalik melalui entitas yang berdomisili di Singapura.
Kesimpulan Viceroy sebagian besar berasal dari laporan publik, analisis forensik atas laporan keuangan Vedanta Ltd, dan kunjungan ke aset-aset perusahaan.
Dalam email yang dilihat Reuters, SPF menanggapi pengaduan Viceroy dengan memberikan nomor referensi yang menunjukkan bahwa mereka sedang meninjau kasus ini.
Kepemilikan dan Kontroversi
Vedanta Resources yang berbasis di Inggris memiliki 56% saham Vedanta Ltd, sementara sisanya dipegang oleh pemegang saham institusional.
Pada Juli lalu, Viceroy merilis laporan yang menyebut telah mengambil posisi short terhadap utang Vedanta Resources, menuduh perusahaan Inggris tersebut “secara sistematis menguras” unit India-nya, yang dibantah oleh Vedanta Ltd.
Laporan itu juga menuduh kebijakan dividen Vedanta Ltd lebih melayani kebutuhan pendanaan induk perusahaan daripada arus kas sendiri, dengan menyembunyikan miliaran dolar dalam pengeluaran yang diperdebatkan di luar neraca.
Juru bicara perusahaan India itu saat itu menyebut laporan Viceroy sebagai “kombinasi jahat dari informasi selektif dan tuduhan tak berdasar.”
Tekanan Korporasi
Vedanta Ltd menghadapi tekanan sejak pemerintah India menolak rencana pemisahan perusahaan menjadi empat entitas pada 2023 yang digagas oleh Chairman Anil Agarwal.
Setelah upaya sebelumnya mengambil alih perusahaan secara privat gagal tiga tahun lalu.
Sebagai bagian dari rencana tersebut, Vedanta Resources menyatakan tahun lalu akan fokus pada pengurangan utang, dengan menurunkan utang bersih sebesar US$1,2 miliar menjadi US$11,1 miliar pada tahun fiskal 2025.