Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
MARAWI. Pemandangan kota Iligan, Filipina, masih mencekam. Pada hari ini (29/5), kota ini diwarnai dengan proses evakuasi dan penutupan sejumlah jalan akibat kecemasan bahwa kelompok militan Islam sudah merangsek ke dekat Marawi.
Di kota ini, pasukan keamanan Filipina sudah bertempur dengan kelompok militan selama tujuh hari.
Pertempuran di kota Marawi dengan kelompok militan pro Islamic State kelompok Maute merupakan tantangan keamanan terbesar bagi pemerintahan Rodrigo Duterte yang baru berjalan 11 bulan. Kondisi saat ini, kelompok militan bersenjata masih menguasai sebagian besar kota.
Mayoritas penduduk Marawi yang berjumlah 200.000 orang sudah hengkang dari kampung halamannya. Kebanyakan dari mereka mengungsi ke Iligan, sekitar 38 kilometer (24 mil) jauhnya dari Marawi. Pemerintah Filipina mencemaskan, ada pejuang Maute yang ikut menyusup dalam rombongan pengungsi tersebut dan melakukan serangan lain.
"Kami tidak mau apa yang terjadi di Marawi terjadi pula di Iligan," jelas Kolonel Alex Aduca, chief of the Fourth Mechanized Infantry Battalion.
"Kami ingin memastikan keamanan masyarakat di sisni, mencegah elemen militan untuk masuk dan melakukan aktivitas teroris," tambahnya.
Menurut Aduca, sejumlah pemberontak telah ditangkap saat mencoba masuk ke Iligan. Sayang tidak ada penjelasan detil mengenai hal ini.
Sekitar 61 militan, 20 anggota keamanan Filipina, dan 19 warga sipil telah menjadi korban tewas sejak pecahnya pertempuran pada Kamis (25/5) lalu. Pada saat itu, kelompok pemberontak Maute menyerang Marawi setelah adanya upaya pihak militer untuk menangkap Isnilon Hapilon. Hapilon diyakini sebagai ketua Islamic State di Filipina.
Kemampuan kelompok Maute untuk melawan militer dalam jangka waktu yang cukup lama menambah kecemasan bahwa ideologi radikal Islamic State semakin menyebar di Filipina selatan. Dan hal ini bisa menjadi surga bagi militan dari Indonesia, Malaysia, dan sekitarnya.
Militer Filipina mempercayai, kelompok Maute melakukan aksi serangan sebelum bulan Ramadan untuk mendapatkan atensi dari Islamic State sehingga diakui sebagai afiliasi di Asia Tenggara.
Sejumlah saksi mata di Malawi mengatakan mereka sudah melihat kelompok militan mengibarkan bendera Islamic State dan mengenakan pakaian serba hitam dan ikat kepala yang setipe dengan kelompok tersebut.