kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

S&P: Ada potensi default obligasi pemerintah di China tahun ini


Selasa, 30 Januari 2018 / 14:56 WIB
S&P: Ada potensi default obligasi pemerintah di China tahun ini
ILUSTRASI. Negara Dengan Cadangan Devisa Terbesar di Dunia - China


Sumber: Reuters | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Laporan S&P Global Indicies menunjukkan ada potensi China akan mengalami default untuk pertama kalinya di tahun ini pada obligasi pemerintah provinsi lewat local government financing vehicle (LGFV).

Rasio utang yang makin mengkhawatirkan dari LGFV membuat pemerintah pusat mendorong kampanye untuk mengurangi risiko utang dan tipe-tipe pembiayaan lainnya yang berisiko sejak tahun lalu. Hal itu membuat kondisi industri pembiayaan di negara tersebut makin ketat yang secara perlahan meningkatkan biaya pinjaman dan pengawasan belanja pemerintah yang lebih ketat.

Kondisi tersebut juga tentu membuat perusahaan makin sulit mencari pendanaan. 

S&P mengharapkan kinerja keuangan perusahaan China di tahun ini membaik sehingga bisa memperkecil porsi utang. Meskipun tetap saja, bagi perusahaan dengan modal yang lemah, akan sulit mencari pendanaan di tengah pengetatan aturan pinjaman. Akibatnya, potensi gagal bayar akan meningkat.

Regulator China mengambil langkah untuk menutup saluran pendanaan backdoor funding dan mendorong perusahaan untuk lebih disiplin menjalankan standar keuangan mereka. 

"Diperkirakan secara garis besar outlook penerbit obligasi Chi setelah prospek negatif yang kuat di tahun lalu, meskipun potensi gagal bayar meningkat tahun ini dibanding 2017 yang tercatat mengalami satu kali default surat utang," seperti dikutip dalam laporan S&P, Selasa (30/1). 

S&P memperkirakan akan ada perbaikan rasio utang yang moderat di perusahaan China di periode 2018-2019 karena dampak kampanye pengurangan rasio utang atawa deleveraging, investasi infrastruktur yang lebih lambat dan juga faktor penurunan sektor properti.




TERBARU

[X]
×