Sumber: Bloomberg | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Nissan Motor Co terpukul lagi. Terbaru, S&P Global Ratings menempatkan peringkat pembuat mobil ini pada rating negatif setelah mengeluarkan prospek perolehan laba yang lebih lemah minggu lalu.
Mengutip Bloomberg Senin (20/5), bakal ada jeda waktu yang lebih lanjut dalam pemulihan laba Nissan, kata lembaga pemeringkat ini. Sebelumnya, pada Februari lalu S&P Global Rating telah menurunkan peringkat kredit jangka panjang perusahaan untuk pertama kalinya dalam satu dekade menjadi A- dari A.
Nissan mengurangi perkiraan pendapatan setahun penuhnya setelah laba kuartal ketiga meleset dari perkiraan analis, menambah tantangan bagi pembuat mobil yang berjuang dengan dampak dari penangkapan mantan ketua Carlos Ghosn.
Kinerja penjualan di AS anjlok 19% pada Januari di tengah kemerosotan industri, mengintensifkan tekanan pada Chief Executive Officer Hiroto Saikawa ketika ia mencoba untuk meredakan ketegangan dengan mitra dan pemegang saham Renault SA.
"Revisi prospek didasarkan pada pandangan kami bahwa profitabilitas perusahaan cenderung menurun selama dua tahun ke depan ke tingkat yang lebih besar dari yang kami perkirakan sebelumnya," kata S&P dalam pernyataannya Senin (20/5).
"Di tengah lingkungan bisnis yang sulit, daya saing produk perusahaan yang lemah kemungkinan akan menyebabkan tekanan pendapatan yang lebih kuat di Amerika Utara dan Eropa daripada rekan-rekannya."
Selain penjualan mobil yang merosot, model kendaraan yang tua dan siklus produk yang tidak sinkron, mengantarkan produsen mobil Jepang ini mengeluarkan prospek laba 230 miliar yen atau setara US$ 2,1 miliar untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2020.
Nilai ini kira-kira setengah dari proyeksi rata-rata untuk 453 miliar yen. Nissan juga melaporkan laba tahunan terendah dalam satu dekade pada 318 miliar yen.
Adapun alasan S&P menurunkan rating karena pertimbangan laba yang lebih lemah sebagai alasan prospek negatifnya, menegaskan peringkat jangka panjang A- dan A-2 Nissan berdasarkan pada pandangan
"bahwa waralaba bisnis global yang solid perusahaan dan posisi keuangan yang sehat dengan kas bersih yang cukup besar akan kemungkinan berlanjut," jelas lembaga pemeringkat global ini.
