kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45998,59   4,99   0.50%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fasilitas minyaknya diserang, Arab Saudi: Kami siap bila ada pihak yang ingin perang


Senin, 20 Mei 2019 / 13:20 WIB
Fasilitas minyaknya diserang, Arab Saudi: Kami siap bila ada pihak yang ingin perang


Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - RIYADH. Arab Saudi menegaskan pihaknya ingin menghindari perang di Timur Tengah setelah serangan pada pekan lalu fasilitas minyak milik Saudi diserang oleh drone. Sebelumnya Riyadh menuduh Iran memerintahkan serangan drone pada hari Selasa pekan lalu pada dua stasiun pompa minyak Saudi.

Dilansir dari Reuters, serangan drone tersebut yang terjadi dua hari setelah dua kapal tanker minyak milik Saudi disabotase di lepas pantai Uni Emirat Arab.

Iran telah membantah keterlibatannya dalam serangan tersebut. Namun yang pasti ketegangan ini makin meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan konflik di Timur Tengah.

"Kerajaan Arab Saudi tidak ingin perang di kawasan ini. Namun jika pihak lain ingin perang, kami akan menanggapi dengan semua kekuatan dan tekad untuk membela diri dan kepentingan kerajaan Saudi," kata Menteri Negara Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir.

Di sisi lain, Raja Salman telah mengundang para pemimpin di jazirah Arab untuk mengadakan KTT darurat di Mekah pada 30 Mei guna membahas implikasi dari serangan drone tersebut.

"Keadaan kritis saat ini memerlukan kekompakan sikap negara-negara Arab dan Teluk terhadap tantangan dan risiko yang ada," kata Kementerian Luar Negeri UEA.

Sejauh ini tak ada pihak yang mengklaim serangan tersebut, namun dua sumber pemerintah Amerika Serikat pada pekan lalu mengatakan bahwa para pejabat AS meyakini Iran telah mendorong kelompok Houthi atau milisi Syiah yang berbasis di Irak untuk melakukannya.

Sementara Houthi, yang berjuang melawan koalisi yang dipimpin Saudi di Yaman mengatakan mereka melakukan pemogokan pada stasiun pompa minyak di kerajaan yang tidak mengganggu produksi atau ekspor dari eksportir minyak mentah terbesar di dunia tersebut.




TERBARU

[X]
×