Sumber: Bloomberg | Editor: Dessy Rosalina
WAsHINGTON. Masa depan memang ada di tangan Tuhan, termasuk masa depan ekonomi dunia. Tapi, menatap tahun 2014, para ekonom kompak meramal perbaikan wajah ekonomi global.
Ramalan ekonom, pertumbuhan ekonomi dunia setidaknya bakal sebesar 3,4%. Jika hal itu terjadi, prestasi ini akan lebih tinggi ketimbang proyeksi tahun 2013 yang tumbuh kurang dari 3%.
Ramalan positif ini datang dari ekonom Goldman Sachs Group, Deutsche Bank dan Morgan Stanley. Tiga ekonom bank pesohor ini menilai, pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) menjadi motorpertumbuhan global.
Peter Hooper, Wakil Kepala Ekonom Deutsche Bank, meramal ekonomi AS bakal tumbuh 3% di tahun 2014. Ini lebih tinggi ketimbang prediksi 2% di tahun 2013 atau terbesar dalam periode empat tahun terakhir.
Alasan Hooper, rapor ekonomi AS lebih sehat. Dalam proposal anggaran AS terbaru, pemerintah menghemat anggaran sebesar US$ 85 miliar.
Faktor lain, rata-rata upah pegawai AS mendaki. Tingkat pengangguran pun merosot ke level 7% di November atau terendah sejak tahun 2008.
Dus, ekonomi AS bakal menemukan momentum pemulihan di tahun 2014. “AS akan menjadi mesin ekspansi ekonomi global," ujar Hooper, mengutip Bloomberg, Kamis (12/12).
Ancaman stimulus
Faktor lain, pemulihan signifikan juga menghampiri ekonomi Inggris. Guillermo Felices, Kepala Analis bBarclays, menghitung ekonomi Inggris tumbuh 2,3% di tahun 2014 atau lebih tinggi dibandingkan 1,4% di tahun 2013.
Namun, penghambat pertumbuhan berpotensi muncul dari belahan dunia lain. David Hensley, Kepala Ekonom JPMorgan, memprediksi ekonomi Jepang hanya tumbuh 1,5% di tahun depan.
Dengan kata lain, ekonomi Jepang bakal melambat dari proyeksi pertumbuhan 1,8% di tahun 2013. Biang keladinya adalah kenaikan pajak penjualan (PPn) di April 2014 sebesar 3%.
Hal lain yang membayangi pertumbuhan ekonomi global tahun 2014 adalah pengetatan stimulus. Maklum, The Fed masih ngotot ingin menarik stimulus di tahun depan.
Namun, kabar baik masih akan menahan efek pengetatan stimulus oleh The Fed. Kabar baik itu adalah rencana penambahan stimulus oleh Bank Sentral Inggris (BoE), Bank Sentral Jepang (BoJ), dan Bank Sentral Eropa (ECB). “Kuncinya adalah cara komunikasi The Fed yang bisa menenangkan pelaku pasar," ujar Neal Soss, Kepala Ekonom Credit Suisse.
Selain The Fed, Morgan Stanley memprediksi sejumlah negara berkembang bakal mengetatkan pinggang. Brasil dan India diprediksi bakal mengerek suku bunga acuan. Kendati masih mengandung ketidakpastian, bursa saham diprediksi bakal meroket.
Dominic Wilson, Kepala Ekonom Goldman Sachs merekomendasikan posisi beli dengan keyakinan indeks S&P 500 menanjak ke 1.900 di akhir tahun 2014. Saat ini, indeks S&P 500 bergerak di level 1.782.
Namun, nasib kurang baik bakal menimpa pasar surat utang. Ramalam Goldman Sachs, yield obligasi AS tenor 10 tahun mendaki ke 3,25 dari posisi 2,85% di tahun ini. Pemicunya adalah pengetatan stimulus oleh The Fed.