Sumber: AP News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - KABUL. Pemerintah Taliban yang kini menguasai Afghanistan pada hari Selasa (20/12) resmi melarang pelajar perempuan untuk belajar di universitas. Aturan ini akan segera berlaku secara efektif dan diatur dalam dekrit terbaru.
Sebelum ini Taliban juga sudah melarang anak perempuan dari sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Taliban bahkan membatasi perempuan dari sebagian besar pekerjaan dan memerintahkan mereka untuk mengenakan pakaian yang tertutup dari kepala hingga ujung kaki di depan umum.
Tidak hanya soal pendidikan, perempuan Afghanistan kini juga dilarang datang ke taman dan pusat kebugaran.
Mengutip AP News, keputusan terbaru ini diumumkan setelah rapat pemerintah hari Selasa. Sebuah surat yang dibagikan oleh juru bicara Kementerian Pendidikan Tinggi, Ziaullah Hashmi, juga telah memberikan perintah kepada universitas swasta dan negeri untuk menerapkan larangan tersebut sesegera mungkin.
Baca Juga: Sedikitnya 21 Tewas dalam Serangan Bom Bunuh Diri di Sebuah Masjid, Kabul, Afganistan
Semua universitas diminta melapor ke kementerian begitu larangan tersebut sudah diberlakukan.
Ironisnya, larangan belajar bagi perempuan di universitas justru datang beberapa minggu setelah gadis-gadis Afghanistan mengikuti ujian kelulusan sekolah menengah.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengutuk keputusan itu. Guterres menyebutnya sebagai langkah yang meresahkan. Taliban juga dianggap telah ingkar janji perihal kesetaraan hak-hak perempuan.
"Sulit membayangkan bagaimana suatu negara dapat berkembang, dapat menghadapi semua tantangan yang dimilikinya, tanpa partisipasi aktif perempuan dan pendidikan," kata Guterres dalam pernyataannya.
Baca Juga: Pemerintah Taliban dan Junta Myanmar akan Dilarang Terlibat di PBB
Taliban pada awalnya menjanjikan aturan yang lebih moderat yang menghormati hak-hak perempuan dan minoritas. Namun, dalam perjalanannya Taliban secara luas menerapkan interpretasi mereka yang ketat terhadap hukum Islam, atau Syariah.
Keputusan baru ini jelas akan merusak upaya Taliban untuk mendapatkan pengakuan internasional. Di saat yang sama, Afghanistan di bawah Taliban sedang terperosok dalam krisis kemanusiaan yang memburuk.
Banyak negara yang sebelumnya memberikan dukungan kemanusiaan kini angkat kaki dari negara tersebut karena Taliban sejak awal telah melanggar janjinya mengenai persamaan hak-hak perempuan.