Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - Pemasok coklat industri terbesar, Barry Callebaut melaporkan penurunan volume penjualan pada kuartal yang berlangsung dari Maret - Mei 2024. Lonjakan harga kakao membuat permintaan berkurang sehingga pada akhirnya mempengaruhi volume penjualan perusahaan.
Perusahaan asal Swiss ini merilis volume penjualannya turun 0,3% dan pendapatan penjualan melonjak hampir 27% menjadi US$ 2,98 miliar selama Maret - Mei 2024.
Rupanya selama periode tersebut, harga kakao global telah naik hingga 131%, Untungnya sebagian besar kontraknya memungkinkan mereka menutup kenaikan harga input. Barry Callebaut memasok coklat untuk industri seperti Hershey, Nestle dan Unilever.
“Dalam kondisi kakao yang belum pernah terjadi sebelumnya, kami senang dengan pencapaian sedikit peningkatan penjualan dalam sembilan bulan pertama,” kata Chief Financial Officer Peter Vanneste dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Reuters, Kamis (11/7).
Barry Callebaut sendiri tengah melakukan restrukturisasi yang akan mengakibatkan PHK dan investasi besar untuk memodernisasi operasinya dan memasuki pasar Asia yang sedang berkembang.
Baca Juga: Jokowi Beri Tugas Baru, BPDPKS Akan Urus Kakao dan Kelapa
Manajemen meminjam banyak uang untuk mendanai peningkatan nilai persediaan bahan bakunya, dengan menerbitkan enam obligasi senilai 2 miliar franc Swiss ($2,23 miliar) selama enam bulan terakhir, tambahnya.
Saham Barry Callebaut jatuh pada hari Kamis setelah pembuat coklat Swiss tersebut mengatakan volume penjualan kuartalan menurun dan harga kakao telah meningkatkan biayanya. Pernyataan tersebut telah meningkatkan kekhawatiran investor.
Saham tersebut turun 10% pada perdagangan sore dan berada di jalur menuju hari terburuk sejak 2015, dan merupakan yang berkinerja terburuk pada indeks STOXX 600 di seluruh Eropa.
Dampak kinerja saham Barry Callebaut juga membebani rekannya, pembuat coklat Swiss Lindt & Spruengli, yang sahamnya turun 2%.