kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.428.000   -57.000   -2,29%
  • USD/IDR 16.602   11,00   0,07%
  • IDX 7.916   -209,10   -2,57%
  • KOMPAS100 1.090   -29,49   -2,63%
  • LQ45 772   -7,67   -0,98%
  • ISSI 281   -10,34   -3,54%
  • IDX30 401   -4,69   -1,16%
  • IDXHIDIV20 453   -1,70   -0,37%
  • IDX80 121   -1,88   -1,53%
  • IDXV30 129   -2,46   -1,87%
  • IDXQ30 127   -0,85   -0,66%

Thailand promosikan ganja sebagai tanaman komersial, sumber penghasilan petani


Minggu, 21 Februari 2021 / 20:04 WIB
Thailand promosikan ganja sebagai tanaman komersial, sumber penghasilan petani
ILUSTRASI. Daun ganja


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Thailand mempromosikan ganja sebagai tanaman komersial, sumber penghasilan lain bagi petani di negara Gajah Putih itu.

"Setiap orang berhak menanam mariyuana dengan bekerja sama dengan rumah sakit provinsi untuk keperluan medis," kata wakil juru bicara pemerintah Traisulee Traisoranakul, seraya menambahkan bahwa petani yang tertarik juga harus meminta persetujuan dari pihak berwenang.

“Sejauh ini, 2.500 rumah tangga dan 251 rumah sakit provinsi telah menanam 15.000 tanaman ganja,” katanya. “Kami berharap ganja dan rami akan menjadi tanaman komersial utama bagi petani.”

Orang lain yang dapat meminta izin untuk menanam ganja termasuk universitas, perusahaan komunitas, profesional medis dan profesional pengobatan tradisional.

Baca Juga: Jepang akui kesulitan mengontrol peredaran ganja cair dari luar negeri

Pengumuman itu muncul setelah Thailand tahun lalu menghapus bagian ganja dan hemp (rami) tertentu dari daftar narkotika.

Traisulee mengatakan, ganja juga dapat digunakan dalam makanan dan minuman di restoran, asalkan berasal dari produsen yang disetujui.

Bulan ini, kata Traisulee, Medical Marijuana Institute akan mengadakan sesi informasi untuk investor dan publik bulan ini.

Produsen obat negara, Organisasi Farmasi Pemerintah, mengatakan akan membeli ganja dari perusahaan komunitas yang disetujui hingga 45.000 baht (US$ 1.500) per kilogram, untuk mereka yang mengandung 12% cannabidiol (CBD).




TERBARU

[X]
×