Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed) diperkirakan akan memangkas suku bunga acuannya sebesar seperempat poin persentase pada akhir pertemuan kebijakannya hari Kamis.
Keputusan ini datang di tengah ketidakpastian ekonomi yang akan dihadapi bank sentral di bawah pemerintahan kedua Donald Trump.
Kemenangan Trump dalam pemilihan presiden AS pada Selasa dan kemungkinan kontrol penuh Partai Republik atas Kongres akan membawa perubahan kebijakan signifikan, mulai dari tarif hingga pemotongan pajak dan pembatasan imigrasi.
Baca Juga: Pemilu AS 2024: Ini Rencana Kebijakan Harris dan Trump Terkait Isu-Isu Utama
Langkah-langkah ini berpotensi mengubah prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang harus dihadapi oleh para pembuat kebijakan Fed tahun depan.
Meskipun perubahan kebijakan ini mungkin memakan waktu berbulan-bulan untuk berkembang dan disahkan oleh Kongres, imbal hasil obligasi terus meningkat pasca pemilihan.
Investor kini memperkirakan bahwa Fed akan memangkas suku bunga lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya, dengan mempertimbangkan rezim ekonomi baru yang mungkin menyebabkan defisit federal lebih tinggi, pertumbuhan ekonomi lebih pesat, dan inflasi yang lebih tinggi dalam jangka pendek, namun juga berisiko dalam jangka panjang.
"Defisit anggaran, tarif, dan kebijakan lainnya dapat menjadi tantangan bagi Fed," ujar Kepala Ekonom AS TSLombard, Steven Blitz.
Baca Juga: Pertumbuhan Lapangan Kerja AS Melambat pada Oktober, Tingkat Pengangguran Stabil
Selama ini, Fed memiliki kebebasan untuk menaikkan suku bunga guna mengendalikan inflasi di tengah ekonomi yang kuat.
Namun, dalam situasi baru ini, bank sentral mungkin akan menghadapi kesulitan untuk menyesuaikan kebijakannya dengan perubahan dalam perdagangan dan arus modal global yang dipicu oleh kebijakan pemerintah.
Hal ini bisa menambah tekanan pada harga dan pengangguran, yang harus tetap dijaga.
Trump, dalam masa jabatan pertamanya, sering mendesak agar suku bunga tetap rendah, bahkan menyebut Ketua Fed Jerome Powell sebagai "musuh" karena kebijakan kenaikan suku bunga yang dianggapnya menghambat pertumbuhan ekonomi.
Relasi ini akan terus diawasi ketat, mengingat Trump yang mengangkat Powell menjadi Ketua Fed pada 2018, sementara Powell sendiri akan menjalani masa jabatan kedua yang dimulai pada 2022 hingga 2026.