Sumber: Al Jazeera | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - GLASGOW. Mantan Presiden AS Barack Obama pada Senin (8/11) turut hadir pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow. Dalam pidatonya, Obama secara terbuka mengkritik Rusia dan China karena tidak hadir dalam KTT tersebut.
Obama menyayangkan sikap Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin yang tidak hadir pada COP26. Padahal, kedua negara tersebut adalah penghasil emisi terbesar di dunia.
"Saya harus mengaku. sangat mengecewakan melihat para pemimpin dari dua penghasil emisi terbesar di dunia, China dan Rusia, menolak untuk menghadiri pertemuan. Rencana nasional mereka juga tidak mencerminkan kesadaran akan bahaya," ungkap Obama, seperti dikutip Al Jazeera.
Baca Juga: COP26 Glasgow, Jokowi sampaikan komitmen Indonesia dalam penanganan perubahan iklim
KTT COP26 adalah kehadiran pertama Obama pada konferensi lingkungan sejak Paris Agreement tahun 2015. Saat itu, negara-negara berkomitmen untuk memotong bahan bakar fosil dan emisi pertanian secepat mungkin untuk menjaga suhu Bumi tetap di bawah tingkat bencana.
Menurut Obama, layaknya kekuatan ekonomi besar, seperti Eropa dan AS, Rusia dan China juga perlu berperan dalam memimpin dunia melawan perubahan iklim.
"Kita membutuhkan Rusia yang memimpin dalam masalah ini, sama seperti kami membutuhkan Indonesia dan Afrika Selatan dan Brasil, kita tidak bisa membiarkan ada pihak di luar ini," lanjut Obama.
Di luar itu, Obama mengajak pemuda untuk mulai bergerak bersama dalam menghadapi masalah lingkungan.
"Anda berhak untuk frustrasi. Jangan merajuk. Sibuklah, mulai bekerja dan ubah apa yang perlu diubah. Pilih seperti hidup Anda bergantung padanya," pungkas Obama.
Baca Juga: India Tidak Menandatangani Perjanjian Iklim COP26 PBB, Ini Alasannya
Di KTT Iklim PBB 12 tahun lalu di Kopenhagen, negara-negara kaya berjanji untuk menyerahkan US$ 100 miliar per tahun kepada negara-negara berkembang pada 2020 untuk membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim.
Sayangnya, target tersebut meleset. Pada COP26, negara-negara kaya mengatakan, mereka akan memenuhi tujuan tersebut paling lambat pada 2023. Beberapa berharap target bisa tercapai satu tahun lebih cepat.
Negara-negara yang berpartisipasi juga berkomitmen untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batubara secara bertahap pada 2030-an untuk ekonomi besar, dan 2040-an untuk ekonomi kecil.