Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - HANOI. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memperpendek jadwal pertemuan puncak mereka pada hari kedua, Kamis (28/2) di Hanoi, Vietnam. Belum jelas, apakah keputusan memangkas jadwal pertemuan tersebut karena kebuntuan dalam negosiasi nukliar atau tidak.
Seperti dilaporkan Reuters, sebelumnya, baik Trump dan Kim berharap pertemuan puncak kedua ini dapat membawa kemajuan dalam meningkatkan hubungan kedua negara. Keduanya berharap, ada keputusan taktis dalam memencah kebuntuan isu utama yakni denuklirisasi Korea Utara.
Tapi setelah perubahan jadwal pertemuan tersebut, Gedung Putih mengumumkan kalau konferensi pers yang sebelumnya direncanakan dilakukan setelah pertemuan puncak Trump dan Kim dimajukan hampir dua jam menjadi pukul 2 siang.
Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders menolak berkomentar apakah kedua pemimpin masih akan mengadakan upacara penandatanganan bersama seperti yang dijdawalkan sebelumnya, atau tidak.
"Negosiasi sedang berlangsung. Kami berharap... itu akan selesai setengah jam ke depan,"katanya kepada awak media.
Berita terkait perubahan jadwal pertemuan Trump dan Kim berdampak pada pasar saham dan mata uang Korea Selatan yang langsung melemah.
Sebelumnya Kim dan Trump, yang duduk berhadapan di meja konferensi, tampak yakin akan kemajuan. "Jika saya tidak mau melakukan itu, saya tidak akan berada di sini sekarang," kata Kim kepada wartawan melalui penerjemah, ketika ditanya apakah dia siap untuk melepaskan senjata nuklirnya.
Trump, menanggapi Kim dengan mengatakan: "Itu mungkin jawaban terbaik yang pernah Anda dengar."
Kim tidak merinci tentang apa yang akan terjadi dengan "denuklirisasi", tetapi bertanya apakah dia siap untuk mengambil langkah nyata, Kim mengatakan mereka baru saja membicarakan hal itu.
“Semoga kamu memberi kami lebih banyak waktu untuk berbicara. Bahkan satu menit sangat berharga, "katanya kepada wartawan.
Sementara Amerika Serikat menuntut Korea Utara menyerahkan semua program nuklir dan misilnya, Korea Utara ingin melihat penghapusan payung nuklir A.S. untuk sekutu-sekutunya di Asia seperti Korea Selatan dan Jepang.