kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Ukraina Tolak Tawaran Iran untuk Jadi Mediator Pembicaraan Damai dengan Rusia


Selasa, 18 April 2023 / 06:35 WIB
Ukraina Tolak Tawaran Iran untuk Jadi Mediator Pembicaraan Damai dengan Rusia
ILUSTRASI. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba dan Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein mengadakan konferensi pers bersama di Baghdad, Irak 17 April 2023. REUTERS/Thaier Al-Sudani


Sumber: AP News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - BAGHDAD. Niat baik Irak untuk menjadi mediator perdamaian ditolak oleh Ukraina. Pemerintah Kyiv bersikeras tidak akan terlibat pembicaraan damai kecuali Rusia menarik diri dari semua wilayah Ukraina.

Tawaran untuk menjadi mediator perdamaian disampaikan Irak pada hari Senin (17/4), ketika Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba berkunjung ke Baghdad.

Kuleba bertemu dengan sejawatnya dari Irak, Fuad Hussein, yang menjadi kunjungan pertama pejabat Ukraina ke Irak sejak invasi Rusia dimulai Februari tahun lalu. Kuleba juga menjadi Menteri Luar Negeri Ukraina pertama yang berkunjung ke Irak dalam 11 tahun.

Merujuk pada pengalaman Irak selama bertahun-tahun dengan perang dan konflik, Hussein berbaik hati menawarkan diri untuk menjadi mediator perdamaian antara Ukraina dan Rusia. 

Baca Juga: Uni Eropa Memanas, Polandia dan Hongaria Larang Impor Bahan Pangan dari Ukraina

"Baghdad memiliki pengalaman dalam komunikasi dengan negara-negara yang memiliki ketegangan dan siap untuk melayani perdamaian. Kelanjutan perang akan berbahaya tidak hanya bagi kedua negara tetapi juga bagi dunia," kata Hussein, seperti dikutip AP News.

Irak menjadi tuan rumah beberapa putaran pembicaraan antara Arab Saudi dan Iran meskipun akhirnya gagal. Peran mediator akhirnya dilanjutkan oleh China dan berhasil membuat rival regional itu memulihkan hubungan diplomatik.

Irak, seperti sebagian besar negara Timur Tengah lain, cukup bergantung pada biji-bijian yang diimpor dari Ukraina. Konsumen biji-bijian Ukraina menderita akibat kenaikan harga pangan sejak perang dimulai.

Sayangnya, niat baik Irak belum bisa diterima dengan baik oleh Ukraina. Kuleba menyadari Irak merupakan negara yang mampu menawarkan perdamaian, namun saat ini masalahnya berada di Rusia.

Baca Juga: Arab Saudi dan Iran Resmi Memulihkan Hubungan Diplomatik

"Ukraina melihat Irak sebagai negara yang mampu membangun jembatan (perdamaian). Kami perlu memastikan Rusia menyetujui fakta yang sangat sederhana bahwa ia harus menghentikan perang dan mundur," ungkap Kuleba.

Di samping itu, Ukraina tampaknya masih meragukan netralitas Irak yang saat ini dipandang dekat dengan Iran. Oleh AS, Iran dituduh memasok drone ke Rusia untuk perangnya di Ukraina.

Iran mengakui tuduhan tersebut, namun menegaskan bahwa pengiriman drone dilakukan sebelum perang dimulai.

Meski menolak tawaran mediasi dari Irak, Kuleba menyampaikan harapannya agar Ukraina bisa memperkuat hubungan dengan Irak. Pertemuan hari Senin diharapkan bisa menjadi awal dari hubungan baik di masa mendatang.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×